| dc.description.abstract | Taman nasional baik darat maupun perairan sebagai kawasan pelestarian
alam dengan ciri khas tertentu dan keunikan karakteristik sumber daya alamnya
telah ditetapkan melalui surat keputusan Menteri Pertanian maupun Kehutanan.
Potensi sumber daya alamnya disiapkan bagi kepentingan dan manfaat secara
ekologis, sosial, budaya, dan ekonomi bagi kesejahteraan generasi mendatang
secara lestari. Namun selama lebih dari dua puluh tahun implementasi
pengelolaannya di Indonesia belum menampakan prestasi keberhasilan yang ideal.
Hal ini di indikasikan dengan banyaknya masalah dan konflik yang terjadi dari
waktu ke waktu.
Model pengelolaan yang ada seperti pengelolaan berbasis ekosistem,
spesies, pemberdayaan masyarakat maupun penetapan Taman Nasional Model
serta pembentukan Model Desa Konservasi belum mampu menekan masalah yang
ada secara optimal. Sesuai fungsinya Taman Nasional merupakan penyedia
sumber penghidupan dari jasa lingkungan, wisata alam, keanekaragaman hayati,
dan ekosistemnya belum dimanfaatkan secara optimal. Isu konservasi sumberdaya
hayati di Indonesia yang disoroti saat ini adalah masalah pengelolaan sumberdaya
alam terkait keanekaragaman hayati yang kritis dan pemanfaatan berlebih. Khusus
untuk di daerah perairan, terdapat pula masalah pengembangan teknologi, serta
pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan terpadu yang kerap menimbulkan konflik
kepentingan.
Fungsi nilai manfaat dari sebuah kawasan konservasi adalah melindungi
dari dan pemanfaatan berlebih populasi dan memperbaiki produksi benih yang
membantu restocking, sebagai wadah spillover ikan, menyediakan perlindungan
terhadap spesies sensitif terhadap penangkapan, pemulihan habitat, memelihara
keanekaragaman hayati, membantu pemulihan ekosistem yang rusak oleh
gangguan alam dan manusia, juga menimbulkan efek resilience. Adapun tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah mengkaji kondisi nyata dan isu-isu strategis
dalam pengelolaan Taman Nasional Laut (TNL) Bunaken, menyempurnakan
kebijakan strategis pengelolaan Taman Nasional yang berkelanjutan berdasarkan
pendekatan Analytical Networking Process-Benefit Opportunity Cost Risk (ANPBOCR)
dan ANP-Balanced Scorecard (ANP-BSC).
Hasil Penelitian menunjukan analisis dan sintesis dari hasil ANP BOCR
pairwised comparisons diperoleh melalui pengolahan data yang dilakukan satu
persatu oleh masing-masing responden terlebih dahulu. Dengan bantuan piranti
lunak Super Decisions data diolah per responden untuk menghasilkan
supermatriks. Supermatriks tersebut menampilkan urutan prioritas klaster-klaster
terpenting dari faktor-faktor terkait model pengembangan TNL Bunaken sesuai
kebutuhan dengan biaya rendah pada risiko minimal. Terlihat kriteria strategi
“Kelestarian Lingkungan” merupakan prioritas utama dengan bobot komposit
sebesar 0,3601, sedangkan kritera Tata Kelola dan Kelembagaan dengan bobot
komposit 0,2083 selanjutnya diikuti oleh kriteria Kebijakan Pemerintah,
Kelestarian Lingkungan dengan bobot komposit 0,1647, Sosial Budaya Masyarakat sebesar 0,1054, Ekonomi sebesar 0,0826 dan Pemasaran sebesar
0,0579.
Pada nilai bobot masing-masing elemen dan kriteria Benefits,
Opportunties, Costs dan Risks (BOCR). Benefit mempunyai enam Control
Criteria dan enam Alternatif Strategi. Hasil analisa BOCR setelah dilakukan
pengujian, didapatkan hasil bahwa prioritas strategi yang dipilih atau ranking
pertama pada “benefit” elemennya yaitu “Pengembangan dan pengelolaan wisata
berkelanjutan (berwawasan lingkungan)”. Nilai Normalized yang dihasilkan
sebesar 0,2609. Sedangkan untuk ranking terendah dengan nilai Normalized yang
dihasilkan sebesar 0,0746 yaitu pada elemen “Pemasaran global”. Opportunity
mempunyai enam Control Criteria dan enam Alternatif Strategi. Hasil analisa
BOCR setelah dilakukan pengujian, didapatkan hasil bahwa prioritas strategi yang
dipilih atau ranking pertama pada “opportunity” elemennya yaitu “Pengembangan
dan pengelolaan wisata berkelanjutan (berwawasan lingkungan)”. Nilai
Normalized yang dihasilkan sebesar 0,3328. Sedangkan untuk ranking terendah
dengan nilai Normalized yang dihasilkan sebesar 0,0710 yaitu pada elemen
“Pemasaran global”. Cost mempunyai enam Control Criteria dan enam Alternatif
Strategi. Hasil analisa BOCR setelah dilakukan pengujian, didapatkan hasil bahwa
prioritas strategi yang dipilih atau ranking pertama pada “cost” elemennya yaitu
“Networking”. Nilai Normalized yang dihasilkan sebesar 0,2588. Sedangkan
untuk ranking terendah dengan nilai Normalized yang dihasilkan sebesar 0,0769
yaitu pada elemen “Pengembangan dan pengelolaan wisata berkelanjutan
(berwawasan lingkungan)”. Risk mempunyai limaControl Criteria dan enam
Alternatif Strategi. Hasil analisa BOCR setelah dilakukan pengujian, didapatkan
hasil bahwa prioritas strategi yang dipilih atau ranking pertama pada “risk”
elemennya yaitu “Pelayanan prima”. Nilai Normalized yang dihasilkan sebesar
0,2475. Sedangkan untuk ranking terendah dengan nilai Normalized yang
dihasilkan sebesar 0,0796 yaitu pada elemen “Peningkatan kapasitas SDM TNL
Bunaken”. Berdasarkan hasil BOCR masing-masing elemen alternatif strategi
dihitung untuk memperoleh over all outcomenya, maka secara keseluruhan hasil
alternatif terpilih dari kedua strategi tersebut adalah skenario optimistic sebesar
0,1362 yaitu pada alternatif strategi pengembangan dan pengelolaan kawasan
wisata berkelanjutan.
Hasil analisis ANP-BSC di peroleh bahwa dalam perspektif internal bisnis
yang penting dan harus diperhatikan adalah proses manajemen dan operasi dan
inovasi dari para pengelola untuk memantapkan visi, misi, dan tujuan organisasi.
Pada perspektif konsumen (pelanggan atau turis) adalah produk atau paket wisata
dan kepuasan pelanggan. Dalam perspektif bisnis adalah peningkatan
pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan (terjaganya kelestarian SDAnya).
Dalam perspektif organisasi terus tumbuh dan berkembang adalah peningkatan
kompetensi karyawan dan SDM secara keseluruhan, peningkatan komunkasi dan
informasi serta peningkatan kapabilitas organisasi sesuai visi, misi, dan tujuan
organisasi Taman Nasional. | |