Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sustainabilitas Pertumbuhan Finansial Lembaga Keuangan Mikro (Studi Kasus Di Provinsi Jawa Timur)
View/ Open
Date
2012Author
Sundari, Siti
Daryanto, Arief
Tambunan, Mangara
Saefuddin, Asep
Metadata
Show full item recordAbstract
Sejak terjadinya krisis tahun 1998, perekonomian Indonesia belum sepenuhnya
pulih kembali. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 8%
sebelum terjadinya krisis, sedangkan pada saat krisis pertumbuhan ekonomi -14%.
Bahkan sampai dengan akhir tahun 2010 pertumbuhan ekonomi Indonesia belum pernah
mencapai 8% setiap tahunnya. Kondisi ini mengakibatkan semakin banyaknya
pengangguran karena tidak dapat terserap dalam ketersediaan lowongan pekerjaan
formal. Kesulitan dalam pencarian kerja tersebut menyebabkan banyaknya sektor
informal yang semakin tumbuh berkembang. Fenomena tersebut yang mendukung
pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui kegiatan bisnis mikro dan kecil, yang cukup
banyak menyumbang peningkatan PDB dan lapangan kerja Indonesia.
Jumlah permintaan pembiayaan usaha mikro sebanyak lebih dari 50 juta,
sedangkan jumlah lembaga formal dan semi formal yang dapat memberikan pembiayaan
bisnis mikro dan kecil hanya sebanyak 56 ribu. Apalagi jumlah Lembaga keuangan
mikro yang formal dan dalam bentuk Bank yang terbesar di wakili oleh bank BRI, BPR
dan BKD jumlahnya pada tahun 2010 hanya 9.308 unit. Hal ini menimbulkan
permasalahan yang dapat menghambat pelayanan pembiayaan usaha mikro dan kecil.
Adanya gap yang besar tersebut perlu dikanalisa secara komprehensiv dari sisi dan
faktor-faktor apa saja yang menghambat pertumbuhan finansial Lembaga Keuangan
Mikro (LKM) sehingga dapat meningkatkan jumlah pemberian pinjaman.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melakukan analisa kinerja,
mengidentifikasi dan menganalisa kondisi penyaluran kredit mikro pada LKM di
provinsi Jawa Timur dengan perincian sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi indikator-indikator internal dan eksternal yang diprediksi dapat
mempengaruhi sustainabilitas pertumbuhan finansial LKM di Indonesia.
2. Menganalisa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sustainabilitas pertumbuhan
finansial LKM.
3. Menganalisa bagaimana sebaiknya usaha LKM agar dapat mencapai sustainabilitas
pertumbuhan finansial.
4. Mendapatkan model dan strategi agar sustainabilitas pertumbuhan finansial LKM
dapat tercapai.
5. Memberi rekomendasi atas temuan butir 1 sampai dengan 4 tersebut di atas yang
dapat digunakan sebagai alternatif peningkatan penyaluran kredit Mikro melalui
perbankan.
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik
purposive sampling, jumlah sample ditentukan sebanyak 220 unit LKM, yang meliputi 74
BRI unit, 66 BPR dan 80 BKD. Alat analisis digunakan adalah analisis deskriptif
(kualitatif dan kuantitatif), regresi logistic ordinal dan analisis biplot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh signifikan
terhadap sustainabilitas pertumbuhan finansial (SPF) LKM adalah Regulasi, Bentuk
lembaga, Effisiensi, CAR, ROE, ROA, LDR, Loan NPL, SDM dan suku bunga. Untuk
mencapai sustainabilitas pertumbuhan finansial, maka LKM harus effisien dengan
BOPO yang kecil, harus dapat mengendalikan CAR agar tetap baik, ROE dan ROA yang
tinggi, LDR yang bagus, fokus pada pemberian kredit kepada nasabah yang terpercaya.
Selain itu LKM harus memiliki SDM yang kompeten, profesional dan memiliki integritas
yang tinggi sehingga dapat menekan NPL yang akan timbul. Bunga bank yang menarik
dan bersaing juga merupakan faktor yang penting untuk semakin meningkatkan ekspansi
pinjamannya
BRI Unit karakteristik yang menonjol dalam kaitan dengan sustainabilitas
pertumbuhan finansialnya adalah faktor Loan, Simpanan, ROE, dan Effisiensi serta
angsuran. Hal ini relevan dengan kenyataan yang sebenarnya karena lebih 90% bisnis
BRI Unit di bidang perkreditan dan jumlah kredit yang disalurkan lebih besar
dibandingkan LKM lainnya, bahkan tahun 2010 mencapai Rp.71 triliun, sedangkan
BPR hanya sebesar Rp. 33,8 triliun dan BKD hanya Rp. 312 miliyar secara nasional (BI,
2011). BPR lebih dicirikan dengan kedekatan pada variabel-variabel rasio-rasio
keuangan seperti CAR, ROA, NPL, bunga, persaingan dan income. BPR harus dapat
memenuhi standar Bank Indonesia, yaitu memiliki CAR minimal sebesar 8%, begitu
juga ROA dan NPL harus bagus, bunga pinjaman pun harus kompetitif da
menguntungkan. Karena BPR kepemilikannya didominasi swasta, tentunya dituntut
harus menguntungkan dan memperhatikan persaingan bisnis yang ketat.
BKD memiliki kedekatan dengan faktor persyaratan kredit, Regulasi, dan LDR
serta SDM. Hal ini karena BKD memberikan persyaratan kredit tidak terlalu sulit.
Nasabah dapat meminjam tanpa agunan dalam jumlah kecil dan yang lebih besar cukup
dengan jaminan girik namun lebih diutamakan yang bersertifikat. Sedangkan BPR
harus dengan sertifikat. Regulasi sudah bersifat pasti, karena 1 desa hanya boleh ada 1
BKD dan bentuk angsuran sangat bervariasi dapat dilakukan mingguan, bulanan, dan
musiman serta SDM perlu ditingkatkan kemampuannya agar dapat membayar tunggakan
kredit yang akan datang.
Untuk menjamin sustainabilitas pertumbuhan finansial LKM dalam bentuk Bank
yang paling utama diperhatikan adalah rekrutmen SDM yang memiliki kompetensi yang
sesuai. Kontinuitas training agar dilakukan untuk menjaga kualitas SDM yang dapat
memperkecil NPL yang akan berakibat baik terhadap CAR, ROA, ROE dan ekspansi
pinjaman. Biaya operasional harus efisien dengan mengendalikan BOPO agar tetap
kecil. Pemerintah dan Bank Indonesia agar memberikan insentif dan atau mempermudah
pendirian LKM dalam bentuk Bank karena masih banyak masyarakat yang
membutuhkan.
Collections
- DT - Business [329]