Analisis Kepemimpinan Transformasional Dan Kinerja Unggul Berdasarkan Kriteria Baldrige Pada Badan Usaha Milik Negara
View/ Open
Date
2011Author
Rudjito
Daryanto, Arief
Mangkuprawira, Sjafri
Achsani, Noer Azam
Metadata
Show full item recordAbstract
Sejak tahun 2005, terdapat belasan BUMN yang kinerjanya telah diukur
berdasarkan metode yang lebih komprehensif yakni dengan menggunakan
Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence atau Kriteria Baldrige dan
berpartisipasi untuk mendapatkan penghargaan Indonesia Quality Award (IQA)
setiap tahun. Pengukuran kinerja dengan metode Kriteria Baldrige ini dilakukan
terhadap tujuh kategori kriteria, yaitu (1) Kepemimpinan, (2) Perencanaan
Strategik, (3) Fokus pada Pelanggan dan Pasar, (4) Pengukuran, Analisis dan
Manajemen Pengetahuan, (5) Fokus Tenaga Kerja, (6) Manajemen Proses dan (7)
Hasil bisnis dengan memberi nilai atau skor untuk masing-masing kategori
kriteria. Hasil pengukuran kinerja pada setiap periode pengukuran kinerja
menunjukkan nilai dan tingkatan predikat kinerja yang semakin meningkat yakni
mulai dari (1) Pengembangan Awal (Early Development): 0-275, (2) Hasil Awal
(Early Result): 276-375, (3) Perbaikan Awal (Early Improvement): 376-475, (4)
Kinerja Baik (Good Performance): 476-575, (5) Pemimpin Industri Baru
(Emerging Industry Leader): 576-675, (6) Pemimpin Industri (Industry Leader):
676-775, (7) Pemimpin Acuan (Benchmark Leader): 776-875, sampai (8)
Pemimpin Dunia (World Leader): 876-1000.
Pada tahun 2007 terdapat 19 BUMN yang mendapatkan perhargaan IQA
yang terdiri dari 6 BUMN berpredikat Kinerja Baik dan 13 BUMN berpredikat
Dibawah Kinerja Baik. BUMN-BUMN peserta IQA tersebut, yang semula
mengukur kinerjanya lebih mengetengahkan faktor hasil finansial dan
operasionalnya saja, tentu harus melakukan perubahan karena seluruh kinerja
perusahaan baik untuk faktor proses maupun faktor hasil diukur secara lebih
komprehensif dengan menggunakan metode Kriteria Baldrige tersebut. Untuk
suksesnya suatu perubahan dimaksud, diperlukan kepemimpinan yang tepat dan
sesuai dengan situasi. Dalam hal ini, karakter kepemimpinan transformasional
diyakini memiliki kualifikasi yang tepat untuk meningkatkan kinerja perusahaan
dianggap mampu memimpin perubahan. Dengan demikian, patut diduga bahwa
pada BUMN yang kinerjanya telah diukur metode Kriteria Baldrige dan ikut
dalam ajang penghargaan Indonesia Quality Award (IQA), memiliki
kepemimpinan yang menerapkan perilaku transformasional. Selain itu, juga
terdapat teori umum dibalik Kriteria Baldrige bahwa “kepemimpinan merupakan
kekuatan pendorong bagi sistem di perusahaan yang menciptakan hasil.”
Kategori-kategori dalam Kriteria Baldrige merupakan hasil dari studi
terbatas diantara pembuatnya, dan bukan merupakan hasil studi empirik (Dean
dan Tomovic, 2004). Oleh karenanya, dimungkinkan secara logis untuk
menyesuaikan kategori-kategori yang telah ada kepada kondisi dan nilai-nilai
yang ada di Indonesia. Dengan adanya model pengukuran kinerja yang
komprehensif dan sesuai dengan karakteristik Indonesia, diharapkan BUMN
khususnya dan perusahaan pada umumnya mampu menerapkan kepemimpinan secara tepat dan menjadikannya sebagai kekuatan pendorong dalam mencapai
kinerja yang unggul.
Berdasarkan uraian permasalahan, maka dilakukan penelitian terhadap
BUMN yang kinerjanya telah diukur dengan metode Kriteria Baldrige dan sebagi
peserta IQA 2007 tersebut, dengan rumusan tujuan penelitian sebagai berikut: (A)
Tentang Kepemimpinan: (A.1) Menganalisis hubungan subsubkategori (1)
Kepemimpinan dengan subsubkategori 2 sampai dengan subsubkategori 7 Kriteria
Baldrige pada perusahaan BUMN, (A.2) Mendiskripsikan gaya kepemimpinan
pada perusahaan BUMN apakah memiliki gaya kepemimpinan transformasional
(transformational leadership) (A.3) Menganalisis variabel yang memiliki
kontribusi unik tertinggi yang menjadi ciri pembeda pada kelompok BUMN yang
berpredikat Kinerja Baik dan yang Dibawah Kinerja Baik pada subsubkategori
Kepemimpinan dan atribut Kepemimpinan Transformasional dalam hubungannya
dengan subsubkategori 2 sampai dengan subsubkategori 7 Kriteria Baldrige. (B)
Tentang Manajemen Kinerja Unggul: Merekayasa suatu model pengukuran
kinerja perusahaan yang berdasarkan metode Kriteria Baldrige yang disesuaikan
dengan kondisi Indonesia.
Ruang lingkup penelitian adalah pada 19 BUMN yang telah mengukur
kinerjanya berdasarkan metode Kriteria Baldrige dan sebagai peserta Indonesia
Quality Award (IQA) tahun 2007. Responden adalah pegawai pada level
manajemen puncak dan menengah BUMN yang memahami konsep Kriteria
Baldrige tersebut. Sedangkan responden pakar adalah dari kalangan akademisi
yang ahli bidang manajemen, beberapa mantan Direktur Utama BUMN dan tim
penilai (examiner) dari Yayasan IQA. Jumlah responden dalam penelitian ini
sebanyak 272 yang terdiri dari Direksi dan pegawai-pegawai pada 1-2 tingkat di
bawah Direksi serta para pakar dalam Forum Group Discussion.
Dengan menggunakan analisis rank-spearman diperoleh hasil analisis
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara subsub kategori Kepemimpinan
dengan subsub kategori Dua hingga kategori Tujuh pada Kriteria Baldrige.
Dengan menggunakan Formulir Multifactor Leadership Questionnaire 5-X (MLQ
5X) yang diperkenalkan oleh Bass dan Avolio (1995), diperoleh hasil analisis
bahwa kepemimpinan perusahaan BUMN yang menjadi peserta IQA tahun 2007
lebih memiliki gaya kepemimpinan transformasional dengan skor 2,54. Pada
kepemimpinan kelompok perusahaan BUMN yang berpredikat Kinerja Baik
memiliki skor transformasional 2,66 (mendekati “hampir sering” pada skor 3),
yang skor ini sedikit lebih tinggi dibanding kepemimpinan BUMN yang
berpredikat Dibawah Kinerja Baik dengan skor 2,41. Berdasarkan uji tingkat
signifikansi perbedaan menunjukkan bahwa baik dalam kepemimpinan
transformasional maupun kepemimpinan transaksional tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok BUMN berpredikat Kinerja Baik dengan
kelompok BUMN berpredikat Dibawah Kinerja Baik. Sedangkan dari keempat
atribut Kepemimpinan Transformasional: Pengaruh Idealis, Motivasi yang
Inspirasional, Stimulasi Intelektual dan Mempertimbangkan Individu atau Four
I’s: Idealized Influence, Inspirational motivation, Intellectual stimulation dan
Indivulaized consideration), atribut Motivasi yang Inspirasional memiliki skor
yang tertinggi yakni 2,99.
Berdasarkan hasil analisis diskriminan, variabel Komunikasi dan Kinerja
Perusahaan adalah variabel yang memiliki kontribusi unik paling tinggi sebagai ciri pembeda antara kelompok perusahaan BUMN berpredikat kelompok BUMN
berpredikat Kinerja Baik dan kelompok BUMN berpredikat Dibawah Kinerja
Baik pada sub kategori Kepemimpinan dalam hubungannya dengan kategori dua
hingga tujuh Kriteria Baldrige. Sedangkan atribut Motivasi yang Inspirational
(Inspirational Motivation) adalah satu-satunya variabel yang memiliki kontribusi
unik tertinggi sebagai ciri pembeda kelompok perusahaan BUMN yang
berpredikat Kinerja Baik dan kelompok BUMN berpredikat Dibawah Kinerja
Baik pada gaya Kepemimpinan Transformasional dalam hubungannya dengan
pelaksanaan peningkatan kinerja pada kategori dua hingga tujuh Kriteria
Baldrige. Dengan menggunakan metode Analisis Prospektif Partisipatif yang
melibatkan para pakar diperoleh hasil bahwa: (a) tujuh kategori kriteria sesuai
pedoman Kriteria Baldrige tidak perlu ditambah atau dikurangi, (b) disepakati
untuk menambahkan manajemen risiko (risk management), kepedulian
lingkungan (environment responsibility) dan penyesuaian budaya Indonesia tanpa
mengurangi nilai-nilai universalnya kedalam hal-hal yang perlu diperhatikan
(area to address), (c) nilai pembobotan untuk masing-masing kategori kriteria
masih tetap seperti pedoman Kriteria Baldrige. Dari hasil analisis prospektif
partisipatif tersebut diperoleh empat kriteria yang dapat menjadi variabel kunci
(key variables) yang menentukan perkembangan sistem, yaitu (1) Pengetahuan
Pelanggan dan Pasar, (2) Hasil-Hasil Keuangan dan Pasar, (3) Hasil-Hasil
Efektivitas Proses, dan (4) Budaya Kerja, kemudian terdapat lima kriteria yang
diidentifikasi menurut tingkat kepentingan relatifnya sebagai variabel yang secara
tidak langsung mempengaruhi sistem, yaitu: (1) Kepemimpinan Senior, (2)
Governance, (3) Pengembangan Strategi, (4) Penjabaran Strategi, dan (5) Tata
Hubungan dan Kepuasan Pelanggan, sedangkan kriteria yang tergolong dalam
stake variable, yaitu variabel yang setidaknya dapat dikontrol sebagian atau diatur
oleh beberapa pelaku didalam sistem, adalah (1) Lingkungan Tenaga Kerja, (2)
Manajemen dan Perbaikan Proses Kerja, (3) Hasil-hasil Fokus pada Pelanggan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan saran: (1)
apabila perusahaan ingin mencapai kinerja yang unggul yang diukur dengan
Kriteria Balridge, disarankan agar pemimpin perusahaan lebih mengoptimalkan
proses ADLI (Approach, Deployment, Learning, Integration) dan melaksanakan
perilaku kepemimpinan yang transformasional, (2) YIQA sebagai penilai
eksternal agar mempertajam pengukuran kategori Kepemimpinan dengan
menggunakan MLQ-5X, (3) Model pengukuran kinerja Kriteria Baldrige perlu
disesuaikan dengan kondisi Indonesia maka: (a) Visi, Misi dan Budaya Kerja
perlu lebih ditonjolkan dan dimasukkan ke profil organisasi pada kerangka
penilaian kinerja, (b) ditambahkan Manajemen Risiko, dan Kepedulian terhadap
Lingkungan dengan mempertajam hal-hal yang harus diperhatikan (area to
address) dan (d) Model pengukuran kinerja berdasarkan Kriteria Balridge yang
disesuaikan dengan kondisi Indonesia ini apabila akan dilaksanakan secara luas,
disarankan menggunakan bahasa Indonesia, (3) untuk penelitian selanjutnya agar
(a) menggunakan data penelitian lebih dari satu tahun, (b) dibandingkan dengan
perusahaan yang belum memakai Kriteria Baldrige,(c) diteliti kriteria untuk
UMKM.
Collections
- DT - Business [368]
