Respon Empat Varietas Bawang Putih (Allium sativum) Lokal terhadap Perbedaan Media Induksi dan Proliferasi Kalus Embriogenik pada Kultur In Vitro
Date
2024Author
Hafizah, Rumaisha Afifatul
Sobir
Aisyah, Syarifah Iis
Tambunan, Ika Roostika
Metadata
Show full item recordAbstract
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan tanaman sayuran yang
memiliki nilai ekonomi yang tinggi di Indonesia. Bawang putih lokal memiliki
kekurangan dalam produktivitas, ukuran siung, dan sulit untuk dikupas
dibandingkan bawang putih impor, namun memiliki keunggulan dari cita rasa,
aroma, tekstur siung, dan potensi metabolit sekunder. Pemuliaan dan perbanyakan
bawang putih konvensional memiliki keterbatasan untuk mengatasi hal tersebut,
untuk itu perlu dilakukan pendekatan bioteknologi antara lain melalui kultur
jaringan. Pendekatan kultur jaringan memerlukan penggunaan media yang tepat
dalam mendukung proses induksi dan proliferasi kalus embriogenik dalam tahapan
regenerasi melalui embriogenesis somatik tanaman secara in vitro. Penelitian ini
dilakukan dengan menguji enam komposisi media pada 4 (empat) genotipe bawang
putih lokal yang banyak digunakan oleh petani di lapang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui informasi komposisi media yang sesuai untuk induksi dan
proliferasi kalus embriogenik dan mengamati bagaimana respon dari masing-
masing varietas terhadap media yang diujikan.
Percobaan induksi dan proliferasi kalus embriogenik dilakukan dengan
menggunakan eksplan akar yang ditumbuhkan secara in vitro dari siung bawang
putih lokal. Komposisi media yang diujikan meliputi media dasar MS yang
mengandung pikloram (4 dan 6 mg L-1), baik tanpa atau dengan penambahan
glutamin (100 mg L-1) dan kasein hidrolisat (3 g L-1) yang dikombinasikan
menjadi enam jenis formulasi media. Jenis formulasi media tidak berbeda nyata
terhadap presentase pembentukan kalus, bobot segar kalus, dan waktu inisiasi kalus.
Maka penggunaan media MS dengan penambahan pikloram 4 mg L-1 sudah cukup
efektif untuk menginduksi dan memproliferasi kalus embriogenik.
Respon empat varietas bawang putih lokal berbeda nyata secara statistik
terhadap perlakuan, Geol merupakan varietas dengan presentase pembentukan
kalus dan bobot segar kalus tertinggi, dengan masing-masing nilai yaitu 59% dan
0.92 g. Varietas Lumbu Putih memiliki respon inisiasi kalus paling cepat yaitu 2
MSK (minggu setelah kultur). Dua varietas lainnya, yaitu Lumbu Hijau dan Lumbu
Kuning tidak menunjukkan respon yang signifikan terhadap kombinasi perlakuan.
Terdapat tiga jenis kalus yang terbentuk, yaitu (1) remah, mengkilap, putih bening,
(2) remah, mengkilap, bening kekuningan, dan (3) kompak, mengkilap, kekuningan
hingga putih susu. Dengan demikian, enam media yang diujikan bersifat genotype-
dependent atau penggunaannya terbatas pada genotipe atau varietas tertentu.
Collections
- MT - Agriculture [3994]
