Kompatibilitas Entres Lada (Piper nigrum) dengan Batang Bawah Melada (Piper colubrinum) dalam Menunjang Pengadaan Benih Lada Tahan Penyakit Busuk Pangkal Batang
Abstract
Indonesia merupakan salah satu penghasil lada terbesar di dunia yang dikenal dengan merek dagang Lada Putih Muntok (Muntok White Pepper) dan Lada Hitam Lampung (Lampung Black Pepper). Kualitas lada putih di Indonesia mengacu pada Lada Putih Bangka. Ekspor lada putih Indonesia dari tahun ke tahun cenderung turun. Salah satu penyebabnya adalah adanya serangan penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada perkebunan lada. Penyediaan benih lada yang tahan penyakit BPB perlu dilakukan untuk menekan serangan penyakit BPB. Melada merupakan tanaman yang tahan terhadap serangan penyakit BPB dan dapat dijadikan batang bawah pada penyambungan lada. Penyambungan lada sebagai batang atas (entres) dengan melada sebagai batang bawah diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif penyediaan bibit lada yang tahan terhadap penyakit BPB. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kompatibilitas penyambungan antara lada sebagai entres dan melada sebagai batang bawah guna meningkatkan ketahanan tanaman lada terhadap serangan penyakit BPB.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2023 sampai dengan bulan Februari 2024. Lokasi penelitiannya bertempat di Pembibitan Lada H. Duk Desa Puput Kecamatan Simpangkatis Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Laboratorium Biologi dan Agroteknologi Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung dan Integrated Laboratorium PT Binasawit Makmur Sampoerna Agro Tbk Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini terdiri atas dua faktor pada rancangan lingkungan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah jumlah buku batang bawah melada terdiri atas dua taraf yaitu satu buku dan dua buku. Faktor kedua adalah varietas entres lada terdiri atas empat taraf yaitu Varietas Petaling 1, Chunuk, LDK dan Nyelungkup. Metode penyambungan yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik sambung sisip (top cleft grafting). Pengamatan morfologi pada penelitian ini adalah jumlah tunas, jumlah daun, jumlah cabang, tinggi tanaman dan panjang tunas. Pengamatan fisiologi pada penelitian ini adalah keberhasilan penyambungan, laju pertumbuhan tanaman, kadar klorofil, kerapatan stomata, analisis kandungan NPK daun dan analisis kandungan piperin daun. Data penunjang pada penelitian ini adalah suhu dan kelembaban selama penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan kompatibilitas yang baik terdapat pada hasil penyambungan entres Varietas Petaling 1, LDK dan Nyelungkup dengan melada yang ditunjukkan dengan tingkat keberhasilan penyambungan yang tinggi (>80 %). Penyambungan entres Varietas Chunuk memiliki kompatibilitas yang rendah (<50%). Satu buku batang bawah melada memiliki pertumbuhan tunas lebih baik dari dua buku kecuali pada penyambungan dengan entres lada Petaling 1 yang menghasilkan rata-rata jumlah tunas yang sama. Pertumbuhan jumlah cabang penyambungan entres lada Varietas Petaling 1, Chunuk dan LDK tidak dipengaruhi oleh jumlah buku batang bawah melada. Entres lada Varietas Petaling 1 menghasilkan rata-rata jumlah daun tertinggi dan entres lada Varietas Chunuk menghasilkan jumlah daun terendah, baik disambungkan dengan satu maupun dua buku batang bawah melada. Tinggi tanaman penyambungan lada dengan batang bawah melada, baik satu buku maupun dua buku tidak berbeda nyata seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Panjang tunas tertinggi terlihat pada entres Varietas Petaling 1 dan terendah pada entres lada Varietas Chunuk baik disambungkan dengan satu maupun dua buku batang bawah melada. Laju pertumbuhan tanaman tertinggi terlihat pada entres lada Varietas Petaling 1, baik disambungkan dengan satu, maupun dua buku batang bawah melada sedangkan entres lada Varietas Chunuk menghasilkan laju pertumbuhan tanaman terendah. Satu buku batang bawah melada menghasilkan laju pertumbuhan tanaman yang lebih baik dari dua buku batang bawah.
Kerapatan stomata mengalami peningkatan dari hasil penyambungan entres lada Varietas Petaling 1 dan Chunuk dengan melada. Sebaliknya hasil penyambungan entres lada LDK dengan melada mengakibatkan penurunan kerapatan stomata. Hasil penyambungan keempat entres lada dengan melada menurunkan kandungan piperin pada daun. Penyambungan entres lada Nyelungkup dengan melada menghasilkan kandungan piperin daun yang paling mendekati dengan kandungan piperin daun pada lada setek. Penyambungan lada dengan melada meningkatkan kandungan klorofil daun. Penyambungan lada dengan melada memiliki kemampuan menyerap P dan K lebih dari lada setek. Namun pada penyerapan N, lada setek memiliki daya serap N yang lebih baik dari penyambungan melada dengan entres lada LDK dan Nyelungkup dan tidak berbeda dengan penyambungan melada dengan entres lada Petaling 1. Kandungan piperin daun erat kaitannya dengan kandungan N daun. Kandungan N daun meningkat diikuti dengan peningkatan kandungan piperin daun.
Penyambungan lada Varietas Petaling 1, LDK dan Nyelungkup dengan melada memiliki kompatibilitas tinggi (>80%), Varietas Chunuk memiliki kompatibilitas rendah (<50%). Melada setek satu buku dan dua buku dapat dijadikan sebagai batang bawah. Kandungan N daun berhubungan dengan kandungan piperin daun. Indonesia is one of the largest producers of pepper in the world, known by the trademarks Muntok White Pepper and Lampung Black Pepper. The quality of white pepper in Indonesia refers to Bangka White Pepper. Indonesian white pepper exports tend to decline from year to year. One of the causes is the attack of root rot disease in pepper plantations. Pepper seeds that are resistant to root rot disease need to be provided to suppress root rot disease attacks. Melada (Piper colubrinum) is a plant resistant to root rot disease and can be used as a rootstock for pepper grafting. It is hoped that connecting pepper as the entry point with melon as the rootstock can be an alternative for providing pepper seeds resistant to root rot disease. This research aims to provide information on grafting compatibility between pepper as a scion and P. colubrinum as a rootstock to increase the resistance of pepper plants to root rot disease attacks.
This research was carried out from February 2023 to February 2024. The research location was at H. Duk Pepper Nursery, Puput Village, Simpangkatis District, Central Bangka Regency, Bangka Belitung Islands Province, the Biology and Agrotechnology Laboratory, Faculty of Agriculture, Fisheries and Biology, Bangka Belitung University and the Integrated Laboratory PT Binasawit Makmur Sampoerna Agro Tbk Palembang, South Sumatra Province. This research consisted of two factors in the environmental plan Randomized Complete Group Design with three replications. The first factor is the number of melada rootstock nodes consisting of two levels: one node and two nodes. The second factor is that the scion pepper variety consists of four levels: Petaling 1, Chunuk, LDK and Nyelungkup. The grafting method used in this research is the top cleft grafting technique. Morphological observations in this study were the number of shoots, leaves, branches, plant height and shoot length. Physiological observations in this research were grafting success, plant growth rate, chlorophyll content, stomata density, leaf NPK content analysis, and leaf piperine content analysis. Supporting data in this research are temperature and humidity.
The research showed good compatibility in grafting the scion varieties Petaling 1, LDK, and Nyelungkup with meladas as indicated by a high grafting success rate (>80%). Grafting of the Chunuk variety has low compatibility (<50%). One node of melada rootstock has better shoot growth than two nodes except for grafting with the Petaling 1 pepper scion which produces the same average number of shoots. The growth in the number of grafting branches of the pepper scion varieties Petaling 1, Chunuk and LDK was not influenced by the number of meladas rootstock nodes. The Petaling 1 variety of pepper shoots produced the highest average number of leaves and the Chunuk variety of pepper shoots produced the lowest number of leaves whether connected to one or two meladas rootstock nodes. The height of the pepper grafting plant with the melada rootstock for either one node or two nodes did not differ significantly as the age of the plant increased. The highest shoot length was seen in the Petaling 1 variety scion and the lowest in the Chunuk variety pepper scion whether grafted to one or two meladas rootstock nodes. The highest plant growth rate was seen in the Petaling 1 variety pepper scion whether connected with one or two meladas rootstock nodes. In contrast, the Chunuk variety pepper scion produced the lowest plant growth rate. One node of melada rootstock produces a better plant growth rate than two nodes of rootstock.
Stomata density increased due to grafting the Petaling 1 and Chunuk varieties of pepper shoots with melada. On the other hand, grafting LDK pepper shoots with melada resulted in a decrease in stomata density. The results of connecting the four pepper shoots with melada reduced the piperine content in the leaves. The grafting of Nyelungkup pepper scion with melada produces a leaf piperine content closest to the leaf piperine content of pepper cuttings. The combination of pepper with melada increases the chlorophyll content of the leaves. The connection of pepper with melada can absorb more P and K than pepper cuttings. However, in terms of N absorption, pepper cuttings had better N absorption capacity than those grafting melada with LDK and Nyelungkup pepper shoots and were no different from grafting melada with Petaling 1 pepper shoots.
The graft of pepper varieties Petaling 1, LDK, and Nyelungkup with meladas has high compatibility (>80%), and the Chunuk variety has low compatibility (<50%). Melada cuttings from one node and two nodes can be used as rootstock. Leaf N content is related to leaf piperine content.
Collections
- MT - Agriculture [3992]
