dc.description.abstract | Fluorapatit (FAp) berpotensi sebagai antibakteri dan telah menjadi perhatian
peneliti saat ini. Kemampuan FAp dalam mencegah infeksi bakteri berkaitan
dengan penerapannya sebagai pelapis implan gigi. Namun, FAp bersifat
bakteriostatik, sehingga efektivitasnya tidak sebaik agen antibakteri lain yang
bersifat bakterisida. Penggabungan FAp dengan bakterisida seperti tembaga(II)
oksida (CuO) dan kitosan diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan
sifat antibakteri FAp. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menyintesis FApCuO-kitosan melalui metode sol-gel dengan tiga variasi bobot kitosan, mencirikan
gugus fungsi, kristalinitas, morfologi, ukuran partikel, serta menguji sifat
antibakterinya.
Sintesis FAp-CuO-kitosan pada penelitian ini menggunakan kitosan dengan
tiga variasi bobot, yaitu 0,50 (4FK1); 0,75 (3FK1); dan 1,00 g (2FK1). Sintesis
dilakukan melalui metode sol-gel yang dilanjutkan dengan pencirian produk.
Produk dicirikan menggunakan empat instrumen, yaitu difraktometer sinar-X untuk
mengukur tingkat kristalinitas, spektrometer inframerah transformasi Fourier
(FTIR) untuk mendeteksi gugus fungsi, particle size analyzer (PSA) untuk
mengukur diameter partikel dan distribusi ukuran partikel, serta mikroskop elektron
payaran-spektrometer sinar-X dispersif energi (SEM-EDX) untuk mencirikan
morfologi partikel dan komponen kimianya. Sifat antibakteri diuji menggunakan
metode difusi cakram pada dua kultur bakteri target, yaitu Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli.
Difraktogram ketiga sampel FAp-CuO-kitosan menghasilkan puncak difraksi
pada kisaran 2? 31-32° yang berasal dari keberadaan fase FAp. Hal ini
menunjukkan bahwa fase FAp telah dipertahankan sebagai fase dominan. Derajat
kristalinitas pada tiga sampel FAp-CuO-kitosan menurun seiring dengan
bertambahnya jumlah kitosan yang bersifat amorf. Spektrum FTIR mendeteksi
adanya gugus fungsi penciri kitosan dan FAp-CuO pada FAp-CuO-kitosan.
Interaksi yang dapat terjadi antara kitosan dan FAp-CuO, yaitu ikatan koordinasi
antara atom Ca atau Cu dan atom N atau O pada kitosan, serta interaksi hidrogen
antara atom F dan atom H pada kitosan.
Tiga sampel FAp-CuO-kitosan merupakan mikropartikel dengan distribusi
ukuran partikel yang tidak seragam berdasarkan hasil PSA dan nilai indeks
polidispersitas. Hasil tersebut juga didukung oleh citra SEM pada perbesaran
25000× yang menggambarkan morfologi partikel telah teraglomerasi. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan muatan permukaan antarpartikel. Komponen kimia
FAp-CuO-kitosan terdiri atas unsur Ca, P, C, dan O dengan nisbah Ca/P yang
menurun seiring dengan bertambahnya jumlah kitosan. Sampel 2FK1 dan 3FK1
menghasilkan zona hambat tertinggi berturut-turut pada E. coli (2,35 mm) dan S.
aureus (0,78 mm). Hasil tersebut tergolong lemah, namun menyiratkan bahwa
peningkatan jumlah kitosan dapat meningkatkan sifat antibakteri FAp-CuO sebesar
221% pada S. aureus dan 68% pada E. coli. | |