Show simple item record

dc.contributor.authorBudiarta, Sigit
dc.date.accessioned2010-05-07T12:02:00Z
dc.date.available2010-05-07T12:02:00Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15716
dc.description.abstractEkploitasi sumber daya hutan kurang lebih 34 tahun sejak dikeluarkannya UU Pokok Kehutanan No. 5 tahun 1967 menyebabkan kerusakan hebat pada sumber daya hutan di Indonesia. Kegiatan pemanenan hasil hutan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif benupa peningkatan pendapatan, pengurangan pengangguran. berdirinya berbagai industri kehutanan. dan kesempatan kerja. Dampak negatif benupa kerusakan terhadap ekosistem hutan, struktur tegakan tinggal. terbukanya lantai hutan dan limbah kayu yang tidak dapat dihindarkan. Untuk mengurangi dampak tersebut dalam pengelolaan hutan dipilih secara cermat dan seksama sistem silvikultur yang diterapkan. dengan mempertimbangkan aspek-aspek keadaan hutan, sifat fisik, produktivitas. pengetahuan profesional rimbawan, dan biaya yang dikeluarkan. Magang dilakukan pad a bulan September 1998 sampai dengan bulan Maret 1999 pad a pengamatan metode Pemanenan Konvensional (Conventional Logging), dan pengamatan metode Pemanenan Berdampak Rendah (Reduced-Impact Logging) di PT Inhutani II Sub Unit Malinau, Kalimantan Timur, pada proyek kerjasama CIFOR dan PT Inhutani II. Sebelum kegiatan penebangan, rata-rata pohon setiap PUP (n = 9 plot @ 1 Ha) adalah 246,6 pohon/Ha pad a metode Konvensional, dan 255.3 pohon/Ha pad a metode Pemanenan Berdampak Rendah. Intensitas penebangan rata-rata 6.2 pohon/Ha untuk metode Konvensional dan 6.8 pohon/Ha untuk metode Pemanenan Berdampak Rendah. Nilai efisiensi penebangan dari kedua metode, pad a metode Pemanenan Berdampak Rendah lebih tinggi dibanding metode Konvensional. Rata-rata limbah sebesar 1.59 m'/pohon untuk metode PBR, dan 3.68 m'/pohon untuk metode Konvensional. Metode PBR menghasilkan limbah 16.6 % dan total volume yang dihasilkan, lebih kecil dibanding dengan metode Konvensional sebesar 30.0 %. Keterbukaan lahan dipengaruhi oleh alat penyarad, topografi, pengalaman operator traktor, dimensi log disarad, dan jumlah log disarad. Perubahan pelaksanaan metode Konvensional ke metode Pemanenan berdampak Rendah dapat menurunkan nilai keterbukaan lahan sebesar 8.9 %, dari 47.0 % menjadi 38.1 %. Kerusakan tegakan tinggal diukur dengan menggunakan kategori rusak tajuk, rusak batang, patang/pecah batang, nusak kulit, rusak akar, dan condong, serta mati baik ditebang atau terkena tumbangan pohon dan terkena jalan sarad. Kenusakan tegakan tinggal pada pengamatan metode Konvensional 30.2 %, tingkat kerusakan tegakan tinggal pada metode Konvensional masuk ke dalam kategori tingkat kerusakan sedang. Dan persentase rata-rata tipe kerusakan yang diamati, untuk tipe rusak tajuk sebesar 22.8 %, diikuti matilhilang 15.6 % dan paling rendah benupa pecah batang sebesar 6.3 %. . Struktur tegakan tinggal setelah pemanenan/hutan bekas tebangan secara umum berbentuk huruf J terbalik, dicirikan oleh sebaran jumlah pohon menurut kelas diameter, dengan kelas diameter terkecil akan mempunyai jumlah pohon yang terbanyak, semakin bertambah kelas diameter jumlah pohon akan berkurang. Nilai pertambahan diameter ratarata tahunan MAl (Mean Annuallncreament) dari jenis meranti rata-rata 0.84 cm/tahun, jenis non Meranti rata-rata 0.74 cm/tahun. Perbandingan Mortality dan ingrowth 4.8 : 3.5 pohon/Ha selama empat kali periode pengukuran memberi gambaran keberadaan tegakan tinggal yang mengalami shock karena kegiatan penebangan. Proyeksi tegakan selama 35 tahun, pada metode Konvensional dengan rata-rata MAl 0.79 cm/tahun, ingrowth 3.5 pohon/Ha, mortality 4.8 pohon/Ha, dan upgrowth 31.6 pohon/Ha menunjukkan kurva yang menurun dari keadaan 1 tahun setelah penebangan. Kondisi ini menggambarkan siklus tebang selama 35 tahun (rotasi tebang aturan TPTI) tidak memberikan kelestarian usaha produksi karena menunjukkan kurva yang menurun dalam kurva pertumbuhan tegakannya. Pada jenis Meranti dengan total jumlah pohon 65 pohon/Ha dengan volume 82.9 m'/Ha, dan jenis non Meranti total pohon 51 pohon/Ha dengan volume 84.5 m'/Ha. Hasil poyeksi tegakan tinggal selama 35 tahun seeara umum jumlah pohon dan volume mengalami kenaikan, tetapi jika dilihat dari struktur kelas diameter yang menentukan volume untuk dipanen, siklus 35 tahun tidak dapat dilakukan penebangan karena terjadi penurunan jumlah pohon diameter 50 em up dari 104 pohon/Ha sebelum penebangan menjadi 30 pohon/Ha setelah tiga puluh lima tahun penebangan dengan volume tegakan sebelum penebangan 872 m'/Ha menjadi 131.6 m'/Ha.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titlePengamatan Tegakan Tinggal Setelah Penebangan di PT Inhutani III, Sub Unit Malinau, Kalimantan Timurid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record