Show simple item record

dc.contributor.advisorFariyanti, Anna
dc.contributor.advisorUtami, Anisa Dwi
dc.contributor.authorRatnawati, Melania Isti
dc.date.accessioned2024-08-05T12:59:40Z
dc.date.available2024-08-05T12:59:40Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/155717
dc.description.abstractProduktivitas kopi yang berfluktuasi mengindikasikan adanya risiko produksi yang dihadapi petani. Budidaya kopi di Kabupaten Bandung dilakukan dengan dua sistem, yaitu agroforestri dan non agroforestri. Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi produksi pada budidaya kopi arabika sistem agroforestri dan non agroforestri 2) menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi risiko produksi pada budidaya kopi arabika sistem agroforestri dan non agroforestri 3) menganalisis preferensi risiko petani kopi arabika dalam menghadapi risiko produksi pada budidaya kopi arabika sistem agroforestri dan non agroforestri. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Project The Economics of Ecosystem and Biodiversity for Agriculture and Food Initiative Indonesia (TEEBAgrifood). Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode multistage sampling dengan jumlah responden sebanyak 144 petani kopi sistem agroforestri dan 56 petani kopi sistem non agroforestri. Analisis data menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas yang ditransformasi dalam model regresi linear berganda dan menggunakan pendekatan model Just and Pope. Pada fungsi produksi diestimasi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) sedangkan pada fungsi risiko produksi diestimasi dengan metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Preferensi risiko dianalisis dengan menggunakan pendekatan Arrow-Pratt Absolute Risk Aversion (ARA). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan faktor produksi dan faktor risiko produksi pada kedua sistem. Namun preferensi risiko petani dalam menghadapi risiko tidak ada perbedaan dari kedua sistem. Faktor yang memengaruhi produksi pada sistem agroforestri adalah luas lahan, umur tanaman, tenaga kerja, dan jumlah pohon. Sedangkan pada sistem non agroforestri adalah luas lahan, umur tanaman, pupuk anorganik, pestisida anorganik, dan jumlah pohon. Adapun faktor produksi yang bersifat meningkatkan risiko (risk inducing factor) pada sistem agroforestri adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik, dan pestisida anorganik. Sedangkan pada sistem non agroforestri adalah luas lahan, pupuk organik, dan pestisida anorganik. Faktor produksi yang bersifat menurunkan risiko produksi (risk reducing faktor) pada sistem agroforestri adalah umur tanaman, pupuk anorganik, dan jumlah pohon. Sedangkan pada sistem non agroforestri adalah umur tanaman dan jumlah pohon. Preferensi petani kopi arabika pada kedua sistem budidaya secara keseluruhan bersifat risk taker yang tetap menjalankan usaha budidaya kopi arabika. Peningkatan produktivitas kopi dapat dilakukan oleh petani dengan meningkatkan alokasi penggunaan input yang bersifat menurunkan risiko produksi. Budidaya kopi sistem agroforestri dapat tetap dipertahankan dan mendorong petani lain untuk menerapkannya. Dalam rangka mitigasi risiko produksi, peran pemerintah Kabupaten Bandung diperlukan dalam meningkatkan penyuluhan atau pelatihan tentang praktik GAP budidaya kopi arabika dan adopsi teknologi sambung pucuk dan kepada petani.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleRisiko Produksi dan Preferensi Risiko Petani Kopi Arabika Sistem Agroforestri dan Non Agroforestri di Kabupaten Bandung Jawa Baratid
dc.title.alternativeProduction Risk and Risk Preferences of Arabica Coffee Farmers in Agroforestry and Non-Agroforestry Systems in Bandung Regency West Java
dc.typeTesis
dc.subject.keywordagroforestryid
dc.subject.keywordarabica coffeeid
dc.subject.keywordarrow-pratt absolute risk aversionid
dc.subject.keywordmultistage samplingid
dc.subject.keywordrisk takerid
dc.subject.keywordrisk takerid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record