Keputusan Pemilihan Benih Unggul SS Sakato serta Dampaknya Terhadap Kinerja Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Solok Sumatera Barat
Abstract
Bawang merah sebagai komoditi hortikultura merupakan sumber pendapatan telah memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi di beberapa wilayah di Indonesia. Terdapat cara untuk meningkatkan produktivitas bawang merah adalah melalui adopsi teknologi. Adanya adopsi teknologi dapat meningkatkan hasil produksi dan produktivitas dari hasil pertanian, teknologi yang digunakan yaitu penggunaan benih unggul. Benih unggul digunakan untuk budidaya bawang merah diharapkan akan menghasilkan tanaman yang bermutu dan tahan terhadap hama dan penyakit. Tim Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) dari IPB University telah mengembangkan varietas bawang merah untuk mengatasi tantangan penyediaan bawang merah di Indonesia yaitu varietas bawang merah SS Sakato. Namun, lambatnya petani dalam menerima inovasi yang diberikan merupakan salah satu permasalahan yang kerap terjadi dikarenakan petani merasa lebih berpengalaman dalam mengelola lahan bawang merah.
Berdasarkan hal yang telah diuraikan, hal yang menjadi tujuan penelitian yaitu (1) mendeskripsikan tingkat adopsi usahatani bawang merah SS Sakato sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) di Kabupaten Solok, (2) menganalisis faktor keputusan petani menggunakan benih SS Sakato, (3) mengevaluasi penerapan SOP usahatani bawang merah SS Sakato, dan (4) menganalisis perbedaan kinerja antara petani yang menggunakan benih SS Sakato dengan non SS Sakato. Metode yang digunakan yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi tingkat Standar Operasional Prosedur (SOP) penanaman bawang merah SS Sakato, analisis regresi logit biner digunakan untuk menganalisis faktor keputusan petani menggunakan benih SS Sakato, dan analisis propensity score matching (PSM) digunakan untuk menganalisis perbedaan kinerja antara petani yang menggunakan benih SS Sakato dengan Non SS Sakato.
Hasil menunjukkan bahwa tingkat adopsi SOP bawang merah rata-rata sebesar 82% dengan tingkat adopsi SOP tertinggi berupa pemeliharaan tanaman dan tingkat adopsi SOP terendah berupa penentuan saat tanam. Faktor yang secara signifikan mempengaruhi keputusan petani memilih menggunakan benih unggul SS Sakato di Sungai Nanam adalah pendidikan petani, pendapatan petani, akses sarana produksi, penyuluhan pertanian, luas lahan, dan ketahanan benih terhadap hama dan penyakit. Penggunaan benih Unggul SS Sakato berdampak secara positif signifikan terhadap produksi bawang merah dan keuntungan petani pada usahatani bawang merah.
Penelitian ini dapat memberi informasi mengenai penggunaan benih unggul dalam usahatani bawang merah meningkatkan hasil produksi bawang merah. Petani yang menggunakan benih unggul SS Sakato dalam usahatani dapat mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga akan memaksimalkan hasil produksi bawang merah. Penekanan pada peningkatan hasil produksi, sebaiknya penyediakan benih unggul dengan harga murah untuk petani agar petani dapat menggunakannya tanpa memikirkan harga benih yang mahal. Shallots as a horticultural commodity are a source of income that has contributed significantly to economic development in several regions in Indonesia. There is a way to increase the productivity of shallots, namely through the adoption of technology. Adopting technology can increase agricultural products' production and productivity; the technology used is the use of superior seeds. Superior seeds used for shallot cultivation are expected to produce quality plants resistant to pests and diseases. The Tropical Horticulture Study Center (PKHT) Team from IPB University has developed a shallot variety to overcome the challenges of providing shallots in Indonesia, namely the SS Sakato shallot variety. SS Sakato shallot seeds have a larger shape than other local shallots and a more fragrant aroma than other shallots. This shallot is more disease-resistant, and the harvesting age is faster.
However, the slowness of farmers in accepting the innovation given is one of the problems that often occur because farmers are afraid that the onions produced will be less than satisfactory, and they feel more experienced in managing shallot land. Based on the above, the objectives of the study are (1) to describe the level of adoption of SS Sakato shallot farming according to the Standard Operating Procedure (SOP) in Solok Regency, (2) to analyze the decision factors of farmers to use SS Sakato seeds, (3) to evaluate the implementation of SOP for SS Sakato shallot farming, and (4) to analyze the difference in performance between farmers who use SS Sakato and non-SS Sakato seeds. The methods used are qualitative and quantitative analysis to describe and evaluate the level of Standard Operating Procedure (SOP) for planting SS Sakato shallots, binary logit regression analysis is used to analyze the decision factors of farmers using SS Sakato seeds, and propensity score matching (PSM) analysis is used to analyze the difference in performance between farmers who use SS Sakato and non-SS Sakato seeds.
The results show that the average adoption rate of SOP for shallots is 82%, with the highest adoption rate of SOP in plant maintenance and the lowest adoption rate of SOP in determining planting time. Factors significantly influencing farmers' decisions to use superior SS Sakato seeds in Sungai Nanam are farmer education, farmer income, access to production facilities, agricultural extension, land area, and seed resistance to pests and diseases. The use of superior SS Sakato seeds significantly positively impacts shallot production and farmer profit in shallot farming.
This study can provide information on using superior seeds in shallot farming to increase shallot production. Farmers who use superior SS Sakato seeds can comply with the Standard Operating Procedure (SOP) so that they will maximize shallot production. With the emphasis on increasing production results, it is better to provide superior seeds at low prices for farmers so that farmers can use them without thinking about high seed prices.
Collections
- MT - Economic and Management [3190]
