Show simple item record

dc.contributor.advisorKrisnatuti, Diah
dc.contributor.advisorHerawati, Tin
dc.contributor.authorKitabi, Iffa Afia Amin
dc.date.accessioned2024-08-01T06:37:29Z
dc.date.available2024-08-01T06:37:29Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/155354
dc.description.abstractKeluarga sebagai suatu sistem dalam masyarakat diatur oleh nilai dan norma yang mapan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik yang outputnya dapat dilihat pada kualitas perkawinan. Keluarga tradisional suku Buton berupaya menjaga kualitas perkawinan melalui nilai perkawinan dan konsep berkeluarga, salah satunya melalui ritual posuo yang merupakan peralihan masa dari remaja ke dewasa yang dikhususkan bagi perempuan Buton, namun kekhususan perempuan dalam ritual ini tidak berkorelasi negatif dengan angka perceraian di kota Baubau, salah satu wilayah persebaran keluarga tradisional suku Buton. Nilai yang diyakini seseorang dapat terlihat dari sikap dan interaksinya. Sebagai pasangan, interaksi suami-istri sangat penting manfaatnya dalam pembagian peran, fungsi, tugas dalam keluarga. Tinggi rendahnya interaksi juga dipengaruhi dukungan sosial. Dukungan sosial diperlukan karena membuat seseorang merasa dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari suatu kelompok. Lama perkawinan juga berhubungan dengan kualitas perkawinan, dalam beberapa literatur disebutkan bahwa kualitas perkawinan lebih tinggi pada pasangan yang sudah lama menikah. Lima tahun pertama pernikahan adalah masa-masa kritis, juga sebagai pusat pernikahan karena terdapat banyak penyesuaian dalam perkawinan. Tujuan umum penelitian ini untuk menganalisis pengaruh nilai perkawinan, interaksi suami istri dan dukungan sosial terhadap kualitas perkawinan keluarga tradisional suku Buton. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah 1) membedakan karakteristik keluarga, nilai perkawinan, interaksi suami istri, dukungan sosial dan kualitas perkawinan keluarga tradisional Buton yang menikah kurang dan lebih dari lima tahun; 2) menganalisis hubungan karakteristik keluarga, nilai perkawinan, interaksi suami istri dan dukungan sosial dengan kualitas perkawinan; dan 3) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga nilai perkawinan, interaksi suami istri dan dukungan sosial terhadap kualitas perkawinan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional study yang berlokasi di kota Baubau, Sulawesi Tenggara. Populasi penelitian ini adalah keluarga suku Buton yang tinggal di Kecamatan Murhum, selanjutnya dipilih dua kelurahan secara purposive berdasarkan banyaknya jumlah kepala keluarga dengan istri yang berasal dari suku Buton. Responden penelitian adalah istri dari keluarga utuh, pernah mengikuti ritual posuo yang dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan lama perkawinan, dari kerangka contoh yang sudah dibuat, dipilih masing-masing 60 orang secara restricted random sampling berdasarkan kelompok lama menikah sehingga total penelitian ini melibatkan 120 istri. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari pengumpulan data dengan kuesioner yang telah disusun oleh peneliti. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Office Excel, SPSS dan Smart-PLS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan rata-rata usia istri pada kedua kelompok lama perkawinan adalah 29,83 tahun dan 33,92 tahun. Rata-rata usia istri saat mengikuti posuo adalah 21,3 tahun dan rata-rata usia menikah adalah 25,4 tahun dengan rata-rata waktu tunggu istri dari selesai mengikuti ritual posuo sampai menikah berkisar pada 0 sampai 4 tahun. Rata-rata usia suami adalah 34.73 tahun. Rata-rata lama pendidikan suami adalah 12.82 tahun atau setara dengan tamatan SLTA dan bekerja sebagai wiraswasta. Rata-rata lama pendidikan istri adalah 13.53 tahun atau SLTA dan memilih tidak bekerja atau menjadi ibu rumah tangga. Besar keluarga pada penelitian ini berada pada kelompok keluarga kecil dengan kisaran anggota 3 sampai 4 orang. Rata-rata pendapatan perkapita keluarga adalah Rp. 1.021.507,00 per kapita per bulan. Hasil analisis deskriptif variabel nilai perkawinan terkategori tinggi dengan rataan indeks total 84,6; variabel interaksi suami istri terkategori sedang dengan rataan indek total 72,9; variabel dukungan sosial terkategori sedang dengan rataan indeks 60,0; variabel kualitas perkawinan terkategori sedang dengan rataan indeks 77,9 dan tidak terdapat perbedaan pada kedua kelompok lama perkawinan. Hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga dengan kualitas perkawinan menunjukkan bahwa pekerjaan istri berhubungan positif signifikan dengan kualitas perkawinan (r= 0,208, p<0,05) dan pendapatan per kapita berhubungan positif dengan kualitas perkawinan (r= 0,210, p<0,05); sedangakan untuk hasil uji hubungan empat variabel uji menunjukkan bahwa nilai perkawinan berhubungan positif dengan interaksi suami istri (r= 0,257, p<0,01) dan kualitas perkawinan (r= 0,411, p<0,01), interaksi suami istri berhubungan positif dengan dukungan sosial dan kualitas perkawinan (r= 0,238, p<0,01; r= 0,490, p<0,01), dukungan sosial juga berhubungan positif dengan kualitas perkawinan (r= 0,309, p<0,01), artinya semakin baik nilai perkawinan dan interaksi suami istri serta semakin banyak dukungan sosial yang diterima istri maka semakin baik kualitas perkawinan. Hasil uji pengaruh menemukan bahwa karakteristik keluarga pada dimensi pendidikan suami dan istri, serta pendapatan per kapita berpengaruh langsung signifikan terhadap nilai perkawinan, karakteristik keluarga berperuh secara tidak langsung terhadap kualitas perkawinan dimediasi oleh nilai perkawinan. Nilai perkawinan, dan interaksi suami istri berpengaruh langsung terhadap kualitas perkawinan. Dukungan sosial juga berpengaruh secara langsung terhadap kualitas perkawinan, artinya semakin tinggi nilai perkawinan, interaksi suami istri dan dukungan sosial akan berpengaruh pada meningkatnya kualitas perkawinan. Saran untuk keluarga dapat bekerja sama dalam meningkatkan pendapatan perkapita, meningkatkan intensitas interaksi dan pembagian peran yang mempengaruhi kualitas perkawinan. Untuk lingkungan keluarga teman dan tetangga diharapkan dapat memberikan dukungan emosional agar keluarga tidak merasa diabaikan. Tokoh adat diharapkan dapat meningkatkan kualitas ritual-ritual adat terutama posuo dari segi teknis maupun kontennya. Pemerintah diharapkan ikut mendukung sepenuhnya kegiatan adat yang dapat meningkatkan kualitas perkawinan keluarga dan untuk penelitian selanjutnya dapatmelakukan kajian mendalam terkait validitas isi dan konstruk dari kesioner nilai perkawinan, menambah pendekatan kualitatif dan jumlah sampel dengan jenis yang lebih beragam agar penelitian dapat digeneralisir.
dc.description.sponsorshipLPDP
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleNilai perkawinan, Interaksi Suami Istri, Dukungan Sosial dan Kualitas Perkawinan Keluarga Tradisional Suku Butonid
dc.title.alternativeMarital Values, Husband and Wife Interaction, Social Support and Quality of Marriage in Traditional Butonese Families
dc.typeTesis
dc.subject.keyworddukungan sosialid
dc.subject.keywordinteraksi suami-istriid
dc.subject.keywordkeluargaid
dc.subject.keywordkualitas perkawinanid
dc.subject.keywordnilai perkawinanid
dc.subject.keywordritual posuoid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record