Show simple item record

dc.contributor.advisorEfendi, Darda
dc.contributor.advisorPurwoko, Bambang Sapta
dc.contributor.authorFransiska
dc.date.accessioned2024-07-31T05:08:05Z
dc.date.available2024-07-31T05:08:05Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/155212
dc.description.abstractPepaya memiliki tiga tipe kelamin yaitu jantan, betina dan hermaprodit. Penentuan jenis kelamin tanaman menjadi aspek yang penting dalam keberhasilan perbanyakan tanaman. Perbanyakan pepaya secara konvensional memiliki kendala adanya segregasi yang berdampak pada morfologi, kualitas dan kerentanan terhadap penyakit pada pepaya. Produksi pepaya semakin meningkat seiring dikembangkannya varietas-varietas baru yang memiliki banyak keunggulan. Teknik pemuliaan konvensional untuk menghasilkan varietas berkualitas tinggi dengan sifat-sifat yang diinginkan memiliki kelemahan seperti lamanya waktu dalam melakukan seleksi. Varietas baru dapat dikembangkan dengan menggunakan teknologi haploid. Salah satunya adalah kultur antera yang dapat memperpendek siklus pemuliaan dan menghasilkan hibrida secara efisien. Kultur antera pada pepaya memiliki kelemahan seperti rendahnya induksi kalus dan regenerasi tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi terkait tahap perkembangan mikrospora dan viabilitas mikrospora pada tiga ukuran bunga, memperoleh konsentrasi 2,4-D dan TDZ yang tepat dalam menginduksi kalus embriogenik dari antera pepaya, konsentrasi NAA dan CPPU terbaik dalamproliferasi kalus embriogenik dan pembentukan embrio somatik. Penelitian initerdiri dari tiga percobaan dengan menggunakan bunga hermaprodit pepaya cv. Caliso. Percobaan 1 yaitu studi tahap perkembangan mikrospora dan uji viabilitas mikrospora. Percobaan 2 terdiri atas induksi kalus dan kalus embriogenik. Percobaan 3 terdiri atas proliferasi kalus embriogenik dan pembentukan embrio somatik. Percobaan studi tahap perkembangan mikrospora dan uji viabilitas mikrospora menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal dengan tiga ukuran bunga yaitu 10-15 mm, 16-20 mm dan 21-25 mm. Pada percobaan studi perkembangan mikrospora menggunakan lima ulangan dengan satu unit percobaan terdiri atas lima antera. Percobaan uji viabilitas menggunakan sembilan ulangan dengan satu unit percobaan terdiri atas satu antera. Peubah yang diamati yaitu persentase mikrospora pada tahap tetrad, uninukleat, binukleat dan mikrospora yang viabel. Hasil percobaan 1 didapatkan bahwa kuncup bunga dengan ukuran 10- 25 mm dapat dijadikan sebagai eksplan dalam kultur antera pepaya sebab memiliki persentase mikrospora tahap uninukleat yang tinggi yaitu lebih dari 90%. Uji viabilitas mikrospora pada kuncup bunga ukuran 16-20 mm memiliki persentas tertinggi sebesar 91,3%. Kuncup bunga dengan ukuran 10-25 mm dipilih untuk selanjutnya digunakan pada percobaan 2 induksi kalus. Induksi kalus dari eksplan antera pepaya cv. Caliso menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dua faktor berupa konsentrasi 2,4-D (0,1 dan 0,3 mg L-1) dan TDZ (0,5; 1,0 dan 1,5 mg L-1). Percobaan terdiri atas 6 kombinasi perlakuan dengan 15 ulangan sehingga terdapat 90 total unit percobaan. Setiap unit percobaan terdiri atas satu botol kultur. Setiap botol kultur ditanam sepuluh antera. Peubah yang diamati yaitu jumlah antera yang berkalus, morfologi kalus, waktu inisiasi kalus, dan jumlah kalus embriogenik. Hasil percobaan menunjukkan bahwa media MS yang dilengkapi dengan 2,4-D 0,1 mg L-1 + TDZ 0,5 mg L-1 dapat menginduksi antera berkalus tertinggi dengan rerata 20,4%. Kalus yang dihasilkan dari kultur antera terdiri atas tiga tipe kalus dengan tipe 1: kalus remah berwarna kekuningan dan agak berair, tipe 2: kalus kompak berwarna putih seperti kapas dan tipe 3: kalus kompak berwarna kuning kecoklatan Kalus tipe 1 yang merupakan kalus embriogenik paling banyak diperoleh pada media 2,4-D 0,1 mg L-1 + TDZ 0,5 mg L-1 dengan rerata 58,7%. Percobaan proliferasi kalus embriogenik menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dua faktor berupa konsentrasi NAA (0,1; 0,5 dan 1,0 mg L-1) dengan CPPU (0,01; 0,1 dan 0,5 mg L-1). Percobaan terdiri atas 9 kombinasi perlakuan dengan 10 ulangan sehingga terdapat 90 unit percobaan. Setiap botol kultur ditanam dua eksplan clump kalus. Peubah yang diamati adalah ukuran clump kalus embriogenik dan jumlah embrio somatik yang terbentuk. Media terbaik untuk proliferasi kalus embriogenik dan induksi embrio somatik adalah media MS yang diberikan NAA 0,1 mg L-1 + CPPU 0,5 mg L-1. Proliferasi kalus embriogenik tertinggi menghasilkan ukuran clump kalus sebesar 10,8 mm dengan jumlah clump kalus yang membentuk embrio globular sebesar 70%.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKultur Antera Pepaya (Carica papaya L.) Kultivar Caliso dan Perkembangannya melalui Jalur Embriogenesis Somatikid
dc.title.alternative
dc.typeTesis
dc.subject.keywordViabilitasid
dc.subject.keywordembriogenesisid
dc.subject.keywordinduksiid
dc.subject.keywordmikrosporaid
dc.subject.keywordproliferasiid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record