Show simple item record

dc.contributor.authorHikasasi, Ita Nurmala
dc.date.accessioned2010-05-07T09:48:56Z
dc.date.available2010-05-07T09:48:56Z
dc.date.issued2009
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15488
dc.description.abstractManusia membutuhkan fasilitas bertransportasi untuk kelancaran mobilitas barang dan jasa. Dalam bertransportasi, ketidaknyamanan terjadi akibat meluapnya kendala dalam meningkatkan kualitas jangkauan pelayanan dan keselamatan pengguna jasa transportasi (Setijowarno&Frazila 2003). Manusia menginginkan sistem transportasi yang efektif, nyaman, ramah lingkungan, dan mengantarkannya pada kebutuhan hidup lebih tinggi, seperti kebutuhan rekreasi. Waterway menjadi langkah penataan permasalahan sistem transportasi Jakarta dan dikenal sebagai bagian dari Pola Transportasi Makro (PTM). PTM menggalakkan penggunaan angkutan massal. Pemerintah mengambil segmen Manggarai-Karet, Banjir Kanal Barat (BKB), pada proyek awal. Sebagai prasarana transportasi, BKB dapat sekaligus dirancang sebagai ruang rekreasi. Tujuan penelitian ini adalah merancang lanskap waterway Jakarta pendukung kegiatan transportasi, kelancaran aktivitas ekonomi, dan sebagai sarana kebutuhan rekreasi, dengan mengidentifikasi dan menganalisis potensi/kendala tapak dan menciptakan tata ruang lanskap waterway untuk mendukung kebijakan PTM. Beberapa kendala dalam mewujudkan lanskap waterway tersebut, antara lain, ketersediaan air yang fluktuatif dan beberapa pemandangan yang tidak menyenangkan akibat kerusakan, vandalisme, maupun faktor pemeliharaan. Sementara itu, secara umum potensi yang dijumpai adalah pemandangan cukup menarik di beberapa tempat, aksesibilitas memungkinkan menuju kanal, fungsi kanal dalam membantu jangkauan transportasi, adanya rencana pengembangan wilayah sekitar BKB, serta peran ekologis kanal itu sendiri sebagai penampung air dan pendukung iklim perkotaan yang baik. Suhu rata-rata tapak per bulan 28,5 ºC, kelembaban udara 73,9 %, jumlah rata-rata bulanan hujannya 132,8 mm, dan didukung iklim perkotaan hasil interaksi tata guna lahan, jumlah penduduk, dan polusi udara. Fluktuasi arus pelayaran, perubahan suhu, peningkatan polutan, dan intensitas matahari diatasi dengan merangsang pergerakan udara, menciptakan naungan, mempertahankan pohon besar, serta mengadakan saluran drainase dan resapan yang baik. Jenis tanah tapak tergolong subur, yakni asosiasi latosol merah, coklat kemerahan, dan laterit, tetapi kurang bahan organik dan fosfor, diatasi dengan pemupukan. Topografi selain pada tebing kanal terlihat datar, sehingga diperlukan desain yang tidak monoton. Ketinggian air yang berlebih/kurang terjadi akibat penyempitan alur, curah hujan, dan sampah yang mengganggu pelayaran. Solusi diberikan dengan vegetasi, desain lanskap dan fasilitas yang fleksibel terhadap fluktuasi ketinggian air, serta penguatan tebing yang juga menciptakan kecukupan lebar alur pelayaran. Tingkat kekeruhan dan kadar detergen BKB tidak terlalu tinggi, tetapi secara keseluruhan kualitas air kanal tersebut menurunkan nilai estetika. Kanal diberi saluran penyaring limbah cair dan sampah padatnya disaring sebelum masuk ke kanal. Pemandangan sekitar ada pada skala cukup baik hingga kondisi yang membutuhkan penataan. Bunyi, aroma, taktilitas, dan view menyenangkan ii menjadi potensi, sedangkan kendala yang ada dibenahi dengan perancangan. Analisis pun dilakukan terhadap vegetasi dan satwa, aksesibilitas, tata guna lahan, pengguna, sosial demografi, fasilitas utilitas, serta konsep/kebijakan pemerintah. Berdasar analisis, terwujud program ruang yang dikaitkan dengan konsep dasarnya, yakni lanskap pendukung kegiatan angkutan feeder waterway yang ekologis, nyaman, menyenangkan, dan tercipta fungsi rekreasi. Fungsi yang dikembangkan pada tapak adalah fungsi transportasi (aktivitas transportasi yang efektif efisien dan fasilitas serta pelayanan yang menunjang), fungsi rekreasi (memberikan nilai lebih perjalanan melalui pemberdayaan potensi estetika lanskapnya), fungsi kenyamanan (kenyamanan iklim mikro, lingkungan sosial, dan visual tapak), fungsi pelestarian air (melestarikan sumberdaya air), dan fungsi identitas. Konsep dikembangkan dengan membaginya ke dalam 3 segmen, yaitu konsep pengembangan segmen Manggarai-Mampang, Mampang-Sudirman, dan Sudirman-Karet. Pembagian mengacu pada kebijakan PTM mengenai rencana titik intermoda (Manggarai, Sudirman, dan Karet), serta berdasarkan tata guna lahan dominan dan atau wilayah administratif yang dibatasi oleh banjir kanal. Fungsi yang terbentuk melahirkan konsep ruang, konsep tata hijau, konsep aktivitas, konsep pencahayaan, serta konsep sirkulasi dan fasilitas sebagai penghubung ruang dan pendukung aktivitas yang dihadirkan. Ruang terdiri dari ruang rekreasi (aktif dan pasif), ruang transportasi, dan ruang pelayanan. Ruang transportasi adalah badan air itu sendiri. Ruang pelayanan terdapat di setiap titik dermaga untuk pelayanan transportasi dan rekreasi. Ruang rekreasi adalah area selain ruang transportasi dan pelayanan. Memanjang dari Manggarai-Karet, ruang rekreasi tersusun atas beberapa subruang rekreasi yang dikelompokkan berdasar kelompok aktivitas yang diwujudkan, yakni area (lawn) rumput, area keluarga, area kesehatan fisik dan psikologi, area groundcover promenade, area pepohonan, dan area lively (lincah dan bersemangat). Sebagai penghubung ruang dibuat sirkulasi utama (keluar masuk tapak melalui ruang pelayanan), sirkulasi rekreasi, serta sirkulasi transportasi waterway yang berupa sirkulasi pada kanal dan sirkulasi di dermaga. Sirkulasi utama menggunakan sebagian besar turfgrass dengan dimensi yang lebar terbuka untuk pergerakan manusia dan sepeda. Sirkulasi di dermaga digabungkan oleh ramp dengan ponton dari plat baja. Sementara itu, sirkulasi rekreasi linier untuk pejalan kaki dan menghubungkan ruang pelayanan satu dengan ruang pelayanan berikutnya, dengan lebar 0,9-2,4 meter, menggunakan paving blok dan paving stone. Adapun tata hijaunya menggunakan konsep tata hijau pembentuk ruang, tata hijau identitas, dan tata hijau ekologis. Tata hijau identitas mewakili tiga segmen yang disinggung sebelumnya, terdapat pada ruang rekreasi, dan menggunakan vegetasi yang mengingatkan asal usul penamaan Pasar Rumput, Menteng, Karet, dan Kebon Melati, yaitu rumput, pohon Menteng, pohon Karet, melati, getahgetahan. Tata hijau pembentuk ruang berfungsi sebagai pembatas (Duranta repens, Ophiopogon sp., dll.), pengarah dan pengontrol pandangan (Polyalthia longifolia, dan Paraserianthes falcataria), peneduh (Swietenia sp., Ficus benjamina, dll.), pembentuk lantai, pembentuk estetika dan aroma wangi (Bauhinia purpurea, Gardenia sp., dll.). Tata hijau ekologis memfungsikan vegetasi sebagai penjaga keberlanjutan lanskap banjir kanal (fisik dan ekologi). Artocarpus integra, Swietenia sp., Nephelium lappaceum, dll. menambah kadar bahan organik, mengatur, dan menjaga ketersediaan air tanah. Swietenia sp., iii Artocarpus integra, Stephanotis floribunda, Ixora sp., dll. menyerap polusi sekitar tapak. Arundinaria pumila, Mimusops elengi, dll. mengurangi kebisingan dari sumber bunyi kereta api. Beberapa jenis lain juga menyediakan kebutuhan nektar bagi burung dan serangga. Tema pencahayaan yang terkandung dalam konsep ini adalah penerangan pada waktu gelap dan penerangan untuk dekorasi. Aktivitas diwujudkan dengan aktivitas transportasi, aktivitas rekreasi (bermain, bersantai, jogging, sosialisasi, jalan-jalan, belajar, duduk-duduk, menikmati pemandangan, photohunting, mencari ketenangan, dan sekedar lewat), serta aktivitas pengelolaan (pengawasan dan pelayanan pengunjung). Fasilitas ditempatkan berdasarkan pertimbangan fungsi, kondisi tapak, dan keharmonisan letak. Konsep fasilitas membagi penataan fasilitas menjadi fasilitas transportasi dan pariwisata, fasilitas rekreasi, fasilitas pelayanan, dan fasilitas pengelolaan. Sebagaimana pengguna transportasi waterway, pengguna lanskap tepian waterway adalah semua golongan usia (anak-anak, remaja, tua) dan penyandang cacat. Daya tampung tiap kunjungan terhadap ruang dan fasilitas di bantaran yang diberikan berdasar kebutuhan tiap unit adalah sebesar 1.231 unit. Sementara itu, rencana pengguna kapal setiap harinya diperkirakan berdasarkan perhitungan beberapa variabel, yang berupa (1) 10 dermaga, (2) 5 buah kapal, (3) panjang lintasan memutar 6,1 km, (4) rencana waktu tempuh 11,37 menit, (5) kecepatan kapal 20 knots, dan (6) jumlah total waktu tambahan untuk merapatkan kapal, mengangkut penumpang, dan kembali berjalan dalam satu putaran sebesar 20 menit. Total perjalanan memutar dari Manggarai ke Manggarai 31,37 menit. Operasi kapal direncanakan selama 14 jam, dengan melihat jam sibuk dan jam tidak sibuk. Melalui perhitungan, total penumpang yang dapat diangkut selama sehari beroperasi berjumlah 4.368 penumpang.id
dc.publisherIPB (Bogor Agriculture University)
dc.titlePerancangan Lanskap Waterway Jakarta: Kajian Segmen Manggarai (Jakarta Selatan) – Karet (Jakarta Pusat).id


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record