Komparasi Dinamika Evapotranspirasi pada Kebun Kelapa Sawit dan Hutan Sekunder di Provinsi Jambi.
Abstract
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan utama Indonesia dan berperan penting dalam perekonomian nasional. Karena memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi, perkebunan kelapa sawit telah berkembang pesat di seluruh Indonesia. Namun, konversi lahan alam menjadi perkebunan kelapa sawit telah menimbulkan sentimen negatif dari dunia internasional terhadap Indonesia, kelapa sawit dianggap boros air dan menjadi penyebab kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika dan laju evapotranspirasi pada perkebunan kelapa sawit dengan menggunakan beberapa metode sebagai pembanding. Metode yang digunakan dalam penelitian ini antara lain metode Aerodinamik dan metode Penman-Monteith untuk estimasi, serta metode Eddy Covariance sebagai referensi. Laju evapotranspirasi yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kawasan hutan untuk melihat perbedaan laju evapotranspirasi antara ekosistem buatan, PTPN VI Jambi, dan ekosistem alami, Hutan Harapan Jambi. Dinamika diurnal laju evapotranspirasi di perkebunan kelapa sawit dan hutan menunjukkan pola yang sama, yaitu meningkat pada siang hari dan menurun pada malam hari. Laju evapotranspirasi di Hutan Harapan memiliki nilai lebih tinggi, yaitu 6,1 mm/hari dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit yang hanya 4,42 mm/hari. Hasil ini dapat membantah sentimen negatif terhadap kelapa sawit, terutama terkait penggunaan air. Palm oil is one of Indonesia's primary plantation commodities and plays a
crucial role in the national economy. It has a very high economic value, so palm
oil plantations have expanded widely across Indonesia. However, converting
natural land into palm oil plantations has led to negative international sentiment
towards Indonesia, palm oil is seen as “water greedy” and a cause of drought. This
study aims to analyze the dynamics and rate of evapotranspiration in palm oil
plantations using several methods for comparison. The methods used in this
research include the Aerodynamic method and the Penman-Monteith method for
estimation, and the Eddy Covariance method as a reference. The
evapotranspiration rates obtained are then compared with forest areas to observe
the differences in evapotranspiration rates between the man-made ecosystem,
PTPN VI Batanghari, Jambi, and the natural ecosystem, Hutan Harapan, Jambi.
The diurnal dynamics of evapotranspiration rates in both the palm oil plantations
and the forest show similar patterns, increasing during the day and decreasing at
night. The evapotranspiration rate in Hutan Harapan is higher at 6.1 mm/day
compared to the palm oil plantation at 4.42 mm/day. These results counter the
negative sentiment towards palm oil, particularly regarding its water usage.