dc.description.abstract | Minyak nabati menjadi salah satu komoditas penting dalam perdagangan
dunia karena dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pangan, non pangan, dan
bahan bakar alternatif (biofuel) yang dikonsumsi oleh banyak negara di dunia.
Berdasarkan data USDA yang dihimpun dari tahun 1991 sampai tahun 2017,
produksi minyak nabati dunia meningkat dan didominasi oleh minyak sawit dan
minyak kedelai. Produksi minyak sawit dunia sebesar 62.17 juta ton dan minyak
kedelai sebesar 53.83 juta ton (USDA 2018). Peningkatan produksi minyak nabati
seiring dengan meningkatnya permintaan minyak nabati dunia.
Penurunan harga minyak mentah dunia mengakibatkan permintaan dan
harga minyak nabati dunia menurun. Kebijakan menaikkan tarif impor oleh negara
India untuk melindungi produsen minyak nabati menyebabkan volume impor dan
harga minyak sawit dunia menurun. Kebijakan non tarif parlemen Uni Eropa yaitu
rencana pembatasan impor minyak sawit dan penghentian penggunaan minyak
sawit sebagai bahan baku biodiesel menyebabkan negara-negara Uni Eropa
memberlakukan pajak deforestasi dan menuntut sertifikasi berkelanjutan, sehingga
permintaan minyak sawit Uni Eropa dan harga minyak sawit dunia menurun.
Indonesia merupakan salah satu negara produsen dan eksportir minyak
nabati terbesar di dunia, yaitu minyak sawit dan minyak kelapa. Tujuan penelitian
adalah: (1) membangun model yang mengintegrasikan komoditi TBS kelapa sawit
dan minyak sawit, kelapa dan minyak kelapa, kedelai dan minyak kedelai di pasar
dunia dan Indonesia, (2) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
perdagangan minyak nabati di pasar dunia dan Indonesia, dan (3) menganalisis
dampak faktor eksternal dan kebijakan domestik terhadap pasar dunia dan
kesejahteraan pelaku pasar minyak nabati Indonesia. Model perdagangan minyak
nabati dibangun dalam bentuk sistem persamaan simultan yang terdiri dari 61
persamaan struktural dan 37 persamaan identitas. Menggunakan data time series
tahun 1991-2015 dan model diestimasi dengan metode Two Stage Least Squares
(2SLS).
Model perdagangan minyak nabati yang mengintegrasikan komoditi TBS
kelapa sawit dan minyak sawit; kelapa dan minyak kelapa; kedelai dan minyak
kedelai di pasar domestik dan dunia berhasil dibangun dan cukup valid, sehingga
dapat digunakan untuk analisis dampak faktor eksternal dan kebijakan domestik
terhadap pasar dunia dan kesejahteraan pelaku pasar minyak nabati Indonesia. Pada
masing-masing kondisi perubahan faktor eksternal: (1) harga minyak mentah dunia
turun; (2) tarif impor minyak sawit India, Uni Eropa, dan China naik; (3) tarif impor
minyak sawit India, Uni Eropa, dan China naik, serta tarif ekspor minyak sawit
Malaysia turun; (4) tarif impor minyak sawit dan minyak kedelai India naik; atau
(5) konsumsi minyak sawit Uni Eropa turun dan Indonesia mengantisipasi dengan
menurunkan tarif ekspor minyak sawit yang berdampak terhadap peningkatan
neraca perdagangan dan total surplus minyak nabati, namun penerimaan tarif
pemerintah dan surplus konsumen berkurang.
Pada kondisi perubahan faktor eksternal (konsumsi minyak sawit Uni Eropa
turun) dan Indonesia mengantisipasi dengan menetapkan kebijakan mandatori
(meningkatkan konsumsi minyak sawit oleh industri minyak goreng dan non
minyak goreng) yang berdampak terhadap peningkatan devisa ekspor minyak
goreng Indonesia dan surplus konsumen minyak nabati, namun neraca
perdagangan, penerimaan pemerintah, dan surplus produsen minyak nabati
menurun. | id |