Show simple item record

dc.contributor.advisorFariyanti, Anna
dc.contributor.advisorSuharno
dc.contributor.authorBasri, Moh. Hasan
dc.date.accessioned2024-07-22T07:29:31Z
dc.date.available2024-07-22T07:29:31Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/154505
dc.description.abstractKopi adalah salah satu komoditas perkebunan yang memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Komoditas ini memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan devisa negara. Sebagian besar jenis kopi yang tumbuh di Indonesia adalah robusta. Provinsi Lampung merupakan penghasil kopi robusta terbesar di Indonesia. Namun meskipun demikian, produksi kopi di Lampung masih mengalami permasalahan. Perkembangan produktivitas kopi di Lampung selama lima belas tahun terakhir mengalami fluktuasi dan tren negatif atau menurun. Hal ini menunjukkan adanya tantangan dan permasalahan risiko produksi. Kemitraan menjadi alternatif yang tepat dalam menghadapi permasalahan tersebut. Model kemitraan bertujuan memberikan dukungan kepada petani seperti bantuan modal, teknologi, dan pelatihan, sehingga petani dapat meminimalisir risiko serta pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatannya. Tujuan dari penelitian ini di antaranya adalah: pertama, menganalisis pengaruh kemitraan terhadap tingkat risiko produksi kopi di Provinsi Lampung; kedua, menganalisis pengaruh kemitraan dan faktor-faktor lain terhadap produksi dan risiko produksi kopi; ketiga, menganalisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani kopi di Provinsi Lampung. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Project Cooperation Agreement (PCA) antara TEEBAgrifood IPB dan UNEP. Jumlah sampel penelitian sebanyak 200 petani yang terdiri atas 99 petani mitra dan 104 petani non-mitra. Analisis untuk mengetahui tingkat risiko menggunakan coefficient variation, faktor-faktor yang memengaruhi produksi menggunakan regresi linier berganda dengan pendekatan ordinary least square untuk fungsi produksi dan maximum likelihood estimation untuk fungsi risiko produksi, serta analisis pendapatan. Disamping itu, uji beda mann-whitney digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh kemitraan terhadap pendapatan. Hasil penelitian mengenai pengaruh kemitraan terhadap tingkat risiko menunjukkan bahwa petani kopi yang bermitra dan yang tidak bermitra menghadapi risiko produksi yang hampir sama dengan nilai koefisien variasi masing-masing 0.335 dan 0.350. Petani telah melakukan beberapa tindakan mitigasi untuk meminimalisir risiko, seperti sanitasi kebun, pengendalian hama, pemangkasan, dan penggunaan tanaman penaung. Terdapat perbedaan dalam tindakan mitigasi yang dilakukan oleh petani mitra, yang berpegang pada prinsip-prinsip budidaya kopi lestari, seperti pengurangan penggunaan bahan kimia dan penerapan bibit unggul. Hasil analisis pengaruh kemitraan terhadap produksi kopi menunjukkan adanya dampak positif. Petani yang tergabung dalam kemitraan memperoleh berbagai bantuan dari perusahaan, termasuk sarana produksi, akses teknologi, serta pelatihan dan pendampingan. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi produksi adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pestisida, dan jumlah pohon. Selanjutnya, pengaruh kemitraan terhadap risiko produksi juga menunjukkan dampak positif. Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa ketentuan dalam kemitraan yang belum sepenuhnya dilaksanakan oleh petani mitra, serta kontaminasi kebun petani mitra oleh kebun petani non-mitra. Faktor-faktor yang dapat menurunkan risiko produksi meliputi luas lahan dan tenaga kerja. Selain itu hasil analisis pendapatan diketahui bahwa petani mitra memperoleh pendapatan tunai dan total yang lebih tinggi daripada petani non-mitra. Petani mitra memperoleh rata-rata pendapatan tunai sebesar Rp14.530.000 per hektar dan pendapatan bersih sebesar Rp6.127.000 per hektar, sedangkan petani non-mitra memperoleh rata-rata pendapatan tunai sebesar Rp11.190.000 per hektar dan pendapatan bersih sebesar Rp2.572.000 per hektar. Adapun pengaruh kemitraan terhadap pendapatan dengan menggunakan uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pendapatan baik tunai maupun bersih antara petani mitra dan non-mitra.
dc.description.abstractCoffee is one of the plantation commodities that plays an important role in Indonesia's economy. This commodity makes a significant contribution to increasing the country's foreign exchange earnings. Most of the coffee varieties grown in Indonesia are robusta. Lampung Province is the largest producer of robusta coffee in Indonesia. However, coffee production in Lampung still faces challenges. The productivity of coffee in Lampung has shown fluctuations and a negative or declining trend over the past fifteen years. This indicates the presence of challenges and production risk issues. Contract farming offers an appropriate alternative to address these problems. These contract farming models aim to provide support to farmers, such as capital assistance, technology, and training, enabling them to minimize risks and ultimately increase their income. The objectives of this research include: first, analyzing the influence of contract farming on the level of coffee production risk in Lampung Province; second, examining the effects of contract farming and other factors on coffee production and production risk; third, evaluating the impact of contract farming on the income of coffee farmers in Lampung Province. The data utilized in this study are secondary data obtained from the Project Cooperation Agreement (PCA) between TEEBAgrifood IPB and UNEP. The research sample consists of 200 farmers, comprising 99 contract farming participants and 104 non-participants. Analysis to determine the level of risk uses the coefficient of variation, factors affecting production are analyzed using multiple linear regression with the ordinary least squares approach for the production function and maximum likelihood estimation for the production risk function. Additionally, income analysis is conducted. Furthermore, the Mann-Whitney test is employed to ascertain the influence of contract farming on income. The research results regarding the influence of contract farming on the level of risk indicate that coffee farmers, both those engaged in contract farming and those not engaged, face almost similar production risks, with respective coefficient of variations of 0.335 and 0.350. Farmers have undertaken several mitigation measures to minimize risks, such as orchard sanitation, pest control, pruning, and the use of shade plants. There are differences in the mitigation measures adopted by contract farming participants, who adhere to sustainable coffee cultivation principles, such as reducing chemical usage and implementing superior seedlings.
dc.description.sponsorship
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titlePengaruh Kemitraan Terhadap Risiko Produksi dan Pendapatan Usahatani Kopi Robusta di Provinsi Lampung.id
dc.title.alternativeThe Impact of Contract farming on Production Risk and Income of Robusta Coffee Farming in Lampung Province
dc.typeTesis
dc.subject.keywordkemitraanid
dc.subject.keywordpendapatanid
dc.subject.keywordUsahataniid
dc.subject.keywordrisiko produksiid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record