Karakteristik Biochar dari Limbah Cangkang Biji Melinjo (Gnetum gnemon) Berdasarkan Variasi Suhu Pirolisis

Abstract

Penggunaan melinjo sebagai bahan makanan menghasilkan limbah berupa cangkang biji melinjo yang tidak dikelola dan menimbulkan dampak negatif. Cangkang biji melinjo memiliki kemiripan dengan struktur cangkang kacang tanah yang mengandung selulosa, hemiselulosa, dan lignin sehingga berpotensi untuk diolah menjadi biochar. Kualitas biochar ditentukan beberapa faktor, salah satunya adalah suhu pembakaran (pirolisis). Penelitian bertujuan untuk menganalisis karakteristik biochar dari limbah cangkang biji melinjo pada suhu pirolisis yang berbeda. Biochar cangkang biji melinjo diproduksi menggunakan furnace dengan variasi suhu pirolisis 300, 350, 400, 450, 500, 550, 600, dan 650 °C selama 4 jam. Sampel biochar kemudian dilakukan analisis karakteristik fisik (morfologi permukaan), serta kimia (unsur C, O, N, K, Ca. Mg, Si, dan Cl). Karakteristik biochar cangkang biji melinjo terbaik adalah pada suhu pirolisis 550 °C yang memiliki morfologi permukaan yang belum hancur, serta didukung nilai kandungan unsur yang tinggi.

The use of melinjo as a food ingredient produces waste in the form of melinjo seed shells, which are not managed and cause negative impacts. Melinjo seed shells are similar to the structure of peanut shells, which contain cellulose, hemicellulose and lignin, so they have the potential to be processed into biochar. The quality of biochar is determined by several factors, one of which is the combustion temperature (pyrolysis). This research aims to analyze the characteristics of biochar from melinjo seed shell waste at different pyrolysis temperatures. Melinjo seed shell biochar is produced using a furnace with varying pyrolysis temperatures of 300, 350, 400, 450, 500, 550, 600, and 650 °C for 4 hours. The biochar samples were then analyzed for physical characteristics (surface morphology) and chemical (elements C, O, N, K, Ca, Mg, Si, and Cl). The best characteristics of melinjo seed shell biochar are at a pyrolysis temperature of 550 °C, which has a surface morphology that has not been destroyed, and is supported by high element content values.