Show simple item record

dc.contributor.advisorBoediono, Arief
dc.contributor.authorPrasanti, YoliB01498143
dc.date.accessioned2024-05-29T03:02:22Z
dc.date.available2024-05-29T03:02:22Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/152152
dc.description.abstractPenelitian ini bertujuan untuk melihat penyebab rendahnya keberhasilan transfer embrio sapi. Embrio yang digunakan diproduksi secara in vitro dan diamati pada tahap blastosis. Produksi embrio dilakukan dengan fertilisasi oosit dan sperma secara in vitro. Embrio dikultur ssecara in vitro sampai mencapai tahap blastosis pada hari ke-9 dan ke-10. Embrio yang akan diamati diinkubasi dalam colcemid yang bertujuan menghentikan pembelahan sel pada tahap metafase. Kemudian dipindahkan ke dalam larutan hipotonik selama 20 menit dilanjutkan ke dalam campuran larutan hipotonik dan larutan carnoy selama 5 menit Lalu dipindahkan ke dalam larutan carnoy selama 1-2 menit. Sesaat sebelum blastosis pecah, dipindahkan di atas gelas obyek, diberi 1-2 tetes asam asetat dengan tujuan pemecahan dan penyebaran blastomer dan metaphase plate. Setelah kering, preparat diwarnai dengan Giemsa. Pada preparat tersebut dapat diamati jumlah sel, jumlah metaphase plate dan kromosom kelamin. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama bertujuan untuk melihat jumlah sel, metaphase plate dan indeks mitotik embrio utuh dan embrio paruh. Penelitian kedua bertujuan untuk melihat jumlah sel, metaphase plate dan indeks mitotik embrio kualitas baik (embrio yang hidup progresif) dan embrio kualitas jelek (embrio yang dalam proses generasi). Tahap ketiga bertujuan untuk melihat abnormalitas komposisi kromosom. Tahap keempat bertujuan untuk melihat jenis kelamin berdasarkan hari perkembangan embrio. Hasil yang didapatkan dari tahap pertama menyatakan bahwa jumlah sel antara embrio paruh dan embrio utuh berbeda nyata (p<0,05), namun jumlah metaphase plate dan indeks mitotik embrio utuh dan embrio paruh memberikan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05). Perbedaan jumlah sel terjadi karena embrio paruh merupakan embrio utuh yang dibelah menjadi dua. Indeks mitotic menyatakan keberhasilan colcemid dalam menghambat proses pembelahan sel pada tahap metafase antara embrio utuh dan embrio paruh tidak berbeda. Hasil penelitian kedua menyatakan bahwa jumlah sel dan metaphase plate pada embrio kualitas baik dan kualitas jelek berbeda sangat nyata (p<0,01) namun indeks mitotik antara embrio kualitas baik dan kualitas jelek tidak berbeda nyata (p>0,05). Jumlah sel pada embrio kualitas baik lebih besar dibandingkan embrio kualitas jelek karena pada embrio kualitas baik, sel masih aktif melakukan pembelahan. Sedangkan pada embrio kualitas jelek, sel mengalami proses degenerasi. Metaphase plate meningkat seiring dengan peningkatan jumlah sel. Indeks mitotik tidak berpengaruh pada kualitas embrio. Hasil penelitian ketiga memperlihatkan abnormalitas komposisi kromosom yang terjadi sebesar 72,48%, dengan komposisi N/2N (17,24%), 2N/3N (17,24%), N/2N/3N, N/2N/3N/4N (10,34%) dan N/2N/3N/4N/5N (6,89%). Penelitian tahap keempat didapatkan rasio jenis kelamin (jantan: betina) pada embrio hari ke-9 adalah 2: 1, sedangkan pada embrio hari ke-10 adalah 1: 1. Penentuan jenis kelamin tahap embrional dapat dimanfaatkan untuk transfer embrio. Peternakan sapi pedaging mengharapkan embrio yang akan berkembang menjadi sapi jantan, dan peternakan sapi perah mengharapkan embrio yang akan berkembang menjadi sapi betina. Keempat rancangan penelitin ini mengacu pada harapan agar kualitas produksi embrio secara in vitro dapat ditingkatkan….id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleAnalisa kromosom embrio sapi tahap blastosis hasil produksi in vitroid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record