Show simple item record

dc.contributor.authorDaulay, M. Zakir Syarif
dc.date.accessioned2010-05-07T07:14:41Z
dc.date.available2010-05-07T07:14:41Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15065
dc.description.abstractHutan Tanaman Industri adalah hutan tanaman yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. Salah satu hutan tanaman industri yang ada yaitu HPHTI Musi Hutan Persada yang merupakan anak perusahaan Barito Pacific Timber dan berlokasi di Propinsi Sumatera Selatan. Pembangunan HPHTI Musi Hutan Persada ini bertujuan untuk penyediaan bahan baku bagi industri pulp dan kertas PT. Tanjung Enim Lestari Pulp and Paper. HPHTI Musi Hutan Persada terdiri dan tiga Kelompok Hutan (KH), yaitu : KH. Benakat, KH. Martapura, dan KH. Subanjeriji. Areal kerja PT. MHP dibagi menjadi 15 unit masing-masing seluas 15.000 - 20.000 ha. Unit-unit ini dibagi menjadi blok seluas ± 5000 ha. Blok terdiri ats sub-blok seluas 1500 - 2000 ha. Sub-bioI; dibagi menjadi petak yang merupakan unit terkecil seluas ± 50 ha. Namun untuk kegiatan pemanenan dibentuk setting-setting yang luasnya sama dengan petak, tetapi lebih fleksibel sesuai kondisi alam dan jaringan jalan. Kegiatan magang dilakukan di areal yang sedang melaksanakan kegiatan pemanenan yaitu KH. Subanjeriji dengan kondisi : (1) suhu udara rata-rata bulanan tertinggi 33,8°C dan terendah 22,8°C, (2) Curah hujan rata-rata 282 mm/tahun (173,5 mm/bulan), (3) Kelembaban relatif tinggi ± 80%, dan (4) topografi sebagian besar landai (8-15)%. Sejak tahun 1990 sampai tahun 1998 areal HPHTI PT. MHP telah ditanami Acacia mangium yang merupakan tanaman jenis cepat tumbuh (fast growing species) yang cocok sebagai bahan baku pulr karena selain memiliki serat yang panjang juga memiliki riap tumbuh 20 - 30 m Iha/th dan bahkan bisa lebih. Luas areal yang ditanami adalah 193.500 ha. Jika diasumsikan riap Akasia di HPHTI PT. MHP sebesar 25 m3/ha/th, maka potensi tegakan siap pan en adalah 200 m3/ha, atau 15.925,93 m3/hari. Untuk pemanenan tahun pertama ini (1999), PT. MHP diwajibkan menyuplai bahan baku kayu sebanyak 1.355.000 m3 + ( 10% x 1.355.000 m3 ) = 1.490.500 m3/tahun atau 5.520,37 m3/hari untuk pemenuhan kebutuhan PT.TELPP. Pada tahun 2000 dan seterusnya, berdasarkan kapasitas produksi PT. TELPP yang mampu menghasilkan pulp 500.000 m31 tahun, dengan perbandingan hasil pulp dan bahan baku 1 :4,3 maka PT. MHP, khususnya Oepartemen Transportasi (pengangkutan kayu), harus menyuplai bahan baku (500.000 m3/tahun x 4,3) + 10 % = 2.365.000 m3/tahun atau 8.759,26 m3/hari dengan asumsi jumlah hari kerja adalah 270 hariltahun. Pengangkutan merupakan salah satu kegiatan dalam pemanenan kayu yang bertujuan untuk mengeluarkan kayu dari hutan (Tempat PengumpulanlTPn) menuju Tempat Penimbunan Kayu (TPK) atau pabrik, baik melalui darat, sungaillaut, maupun lewat udara. Oi dalam kegiatan pemanenan secara keseluruhan, pe~gangkutan merupak3n kegiatan yang paling banyak memerlukan biaya. Untuk itu prinsip yang selalu harus dipegang oleh para pengusaha adalah pengeluaran kayu yang selancar mungkin dengan biaya yang serendah mungkin sehingga dapat dibiayai oleh nilai kayu yang diproduksi dengan memperhatikan aspek eko!ogi.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleSistem Pengangkutan kayu di Hutan Tanaman Industri (Studi Kasus di HPHTI Musi Hutan Persada, Sumatera Selatan)id
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record