Pengaruh drainase terhadap emisi karbondioksida dari hutan tanaman industri Akasia (Acacia crassicarpa) pada lahan gambut (studi kasus: Provinsi Riau, Sumatra)
Abstract
Ekosistem gambut mempunyai peranan penting sebagai penyangga hidrologi, cadangan
karbon, dan biodiversitas yang sangat penting bagi lingkungan hidup. Dalam keadaan alami, hutan
gambut merupakan penyimpan (net sink) karbon, tetapi jika hutan gambut dibuka, akan
mengakibatkan emisi CO2. Luas lahan gambut dunia sekitar 400 juta ha atau setara dengan 3%
luas permukaan bumi dan sekitar 17-27 juta ha berada di Indonesia yang tersebar di empat pulau
besar, yaitu Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Pertambahan jumlah penduduk yang
semakin meningkat dan terbatasnya lahan untuk mendukung ketahanan pangan, memenuhi
kebutuhan bahan baku industri kertas, memenuhi kebutuhan areal pertanian / perkebunan dalam
rangka pengembangan bioenergi sehingga mendorong pemerintah untuk mengkonversi lahan
gambut, khususnya menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) akasia. Salah satu tahapan yang
dilakukan dalam konversi lahan gambut adalah pembuatan drainase. Studi ini bertujuan untuk
mengkaji pengaruh drainase gambut dan mengestimasi besarnya emisi CO2 dari HTI akasia dalam
studi kasus Provinsi Riau, Sumatra. Selain itu juga mencari pilihan tindakan praktis pengelolaan
air di lahan gambut untuk menekan laju emisi CO2.
Drainase merupakan salah satu langkah awal dalam konversi lahan gambut yang bertujuan
untuk mengurangi kelebihan air agar gambut menjadi padat dan memiliki daya tahan lebih kuat
apabila ditanami tanaman. Akan tetapi, apabila gambut tersebut didrainase secara berlebihan dan
terus menerus akan mengakibatkan volume gambut menyusut karena berkurangnya kadar air
sehingga mengakibatkan penurunan permukaan tanah gambut (subsiden). Selain itu, turunnya
muka air tanah menyebabkan gambut teroksidasi, sehingga mengakibatkan banyak material
gambut dan karbon hilang karena terdekomposisi, akibatnya simpanan karbon menjadi berkurang.
Secara umum, dari beberapa literatur menyebutkan bahwa kedalaman muka air tanah merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya kehilangan karbon atau emisi CO2.
Semakin dalam muka air tanah, emisi CO2 yang dihasilkan semakin besar. ...