Restriction fragment length polymorphism (RFLP) daerah sitokrom b DNA mitokondria dari tujuh spesies mamalia
View/ Open
Date
2009Author
Yunindika, Thufeil
Prasetyaningtyas, Wahono Esthi
Djuwita, Ita
Metadata
Show full item recordAbstract
Indonesia adalah negara yang kaya dengan biodiversitas dan menempati
ranking nomor dua setelah negara Brazil. Di Indonesia, satwa liar banyak diburu
walaupun dilindungi undang-undang. Selain diburu untuk dipelihara, beberapa
satwa liar juga diburu untuk dikonsumsi karena dipercaya sebagai obat untuk
beberapa penyakit. Beberapa tahun belakangan ini marak tejadi pemalsuan
daging, salah satunya adalah daging sapi dengan daging celeng (babi liar, babi
hutan). Daging hewan yang telah dipotong-potong dan dijual di pasar maupun dari
hasil penyelundupan terkadang sulit diidentifikasi dari spesies apa daging tersebut
berasal jika ciri-ciri morfologinya sudah hilang. Salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mengetahui data molekuler dan mendeteksi dari spesies apa
daging tersebut berasal adalah dengan metode PCR-RFLP berdasarkan daerah
sitokrom b dari DNA mitokondria. Metode ini sudah secara luas digunakan untuk
identifikasi mamalia, burung, dan reptil. Walaupun sudah digunakan secara luas
untuk mengetahui data molekuler hewan, namun identifikasi data molekuler
hewan lokal yang ada di Indonesia baru sedikit yang dilakukan, antara lain ayam
dan itik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi pengumpulan
sampel, ekstraksi DNA genom, amplifikasi fragmen DNA mitokondria,
pemotongan DNA hasil PCR menggunakan enzim Hinf I dan Rsa I, pembacaan
hasil menggunakan elektroforesis, dan penghitungan ukuran fragmen DNA.
Pengumpulan sampel ketujuh spesies mamalia dilakukan di sekitar Bogor
kemudian di dalam larutan DMSO 25 % dan NaCl 4,5 M. Ekstraksi DNA genom
dengan metode presipitasi amonium asetat. Selanjutnya dilakukan amplifikasi
daerah sitokrom b dengan teknik PCR. Reaksi PCR terdiri dari air milique steril
(ddH2O) 16,5 μl, buffer 10X 2,5 μl, MgCl 2 μl, dNTP 2 mM, primer sitokrom b1
L14841 (5’CCATCCAACATCTCAGCATGATGAAA3’) 1 μg, primer sitokrom
b2 H15149 (5’CCCCTCAGAATGATATTTGTCCTCA3’) 1 μg, taq polymerase
2,5 unit, dan DNA template ± 100ng sehingga diperoleh volume total 25μl. PCR
mix tersebut dimasukkan ke dalam mesin PCR dan dilakukan amplifikasi
sebanyak 35 siklus. DNA hasil amplifikasi atau amplikon kemudian dipotong
dengan menggunakan enzim restriksi Hinf I (2,5 U) dan Rsa I (20 U). Bahan dan
reagen yang dimasukkan dan dicampurkan dalam pemotongan DNA hasil PCR
(amplikon) dengan enzim restriksi HinfI secara berurutan adalah 10 μl amplikon
ditambahkan air milique steril (ddH2O) 12,25 μl, buffer 10 X 2,5 μl, dan enzim
restriksi Hinf I 2,5 U, sehingga volume total menjadi 25 μl, sedangkan bahan dan
reagen yang dimasukkan dan dicampurkan dalam pemotongan amplikon dengan
enzim restriksi RsaI secara berurutan adalah 10 μl amplikon ditambahkan air
milique steril (ddH2O) 10,5μl, buffer 10X 2,5μl, dan enzim restriksi RsaI 20 U
sehingga volume total menjadi 25 μl. Amplikon yang dipotong dengan kedua
enzim restriksi tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 37 °C selama 2 jam untuk
pemotongan dengan enzim restriksi Hinf I dan selama 6 jam untuk pemotongan
dengan enzim restriksi Rsa I dengan mesin PCR. Penghitungan ukuran amplikon
dan fragmen hasil pemotongan enzim atau fragment restriksi dilakukan dengan
mengukur jarak antara migrasi DNA sampel dengan migrasi marka DNA dengan
gel agarose masing-masing 1,5 % dan 2 % di atas sinar UV transluminator
(260nm).
Amplifikasi daerah sitokrom b dengan menggunakan primer
L14841/H15149 memakai metode PCR menghasilkan amplikon yang sama pada
setiap spesies yaitu sebesar 359 pb. Amplikon sitokrom b DNA mitokondria
ketujuh spesies mamalia dipotong dengan menggunakan dua enzim restriksi, yaitu
Hinf I dan Rsa I. Enzim restriksi Hinf I yang digunakan hanya dapat menemukan
daerah pemotongan amplikon sitokrom b DNA mitokondria pada Sapi FH,
kelinci, dan mencit albino, sedangkan empat spesies lainnya yaitu babi, kambing
kacang, kucing lokal, dan kancil tidak dapat ditemukan. Enzim restriksi Rsa I
yang digunakan tidak dapat menemukan daerah pemotongan sitokrom b pada
hampir semua spesies mamalia, kecuali pada spesies mencit albino.