Simpanan Karbon Bawah Permukaan Hutan Alam Rawa Gambut di Areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber
Abstract
Gambut tropis khususnya Indonesia yang menutupi daratan sebesar 20 juta
ha atau hanya 10 persen dari total luas daratan Indonesia merupakan jaring karbon
yang sangat besar. Pengelolaan lahan gambut baik itu kehutanan melalui konsesi
hutan alam, hutan tanaman serta pertanian dan perkebunan diyakini memicu
penurunan simpanan karbon. Sejalan dengan hal tersebut maka akan
meningkatkan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Penghitungan dampak
perubahan kondisi hutan gambut yang berimplikasi pada perubahan simpanan dan
emisi karbon mutlak dilakukan sebagai bagian dari skema REDD.
Mekanisme REDD membutuhkan data yang valid dan dapat diandalkan.
Salah satu cara untuk mendapatkan data tersebut adalah dengan cara pengukuran
langsung dengan metode destruktif. Lahan gambut termasuk dalam klasifikasi
lahan basah yang mana simpanan karbonnya didominasi pada bagian bawah
permukaan. Pengukuran simpanan karbon tersebut khususnya bawah permukaan
pada hutan gambut meliputi bagian akar dan tanah gambut. Pengukuran dua
parameter tersebut memperhatikan kondisi hutan yang diklasifikasikan menjadi
empat kondisi yaitu hutan primer, hutan bekas tebangan, hutan sekunder, dan
hutan yang terdegradasi.
Dari empat kondisi itu didapatkan potensi simpanan karbon hutan primer,
hutan bekas tebangan, hutan sekunder, dan hutan terdegradasi nilainya berturut
turut adalah 2500 ton/ha; 2397 ton/ha; 1477 ton/ha; dan 1843 ton/ha. Sehingga
rata-ratanya adalah 2054 ton/ha pada kisaran kedalaman 2-5 m. Simpanan karbon
tanah gambut adalah pengisi utama komposisi penyusun simpanan karbon
ekosistem hutan rawa gambut. Selain itu dari penelitian ini juga didapatkan rasio
akar pucuk untuk biomassa dan karbon berturut-turut sebesar 0,33 dan 0,25.
Collections
- UT - Forest Management [2974]