Model Simulasi Pengelolaan Hutan Berbasis Karbon (Studi Kasus di PT. Mamberamo Alasmandiri, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua)
Abstract
Tingginya permintaan pasar akan kebutuhan kayu yang terus meningkat
serta mendukung pemerintah dalam penurunan emisi karbon, maka perlu
dilakukan suatu simulasi guna menentukan formula yang tepat dalam pengelolaan
hutan. Formula tersebut diterapkan ketika kebijakan moratorium penebangan
hutan berlaku di Indonesia. Penelitian ini mensimulasikan beberapa skenario
bentuk pengelolaan hutan dengan memperhatikan manfaat selain kayu, karena
baik kayu, karbon dan hasil hutan bukan kayu pada akhir-akhir ini memiliki
pangsa pasar yang tinggi. Skenario tersebut terdiri dari skenario pengelolaan hutan
menggunakan sistem TPTI, skenario pengelolaan hutan berbasis karbon, skenario
pengelolaan hutan kombinasi karbon dengan sarang semut, skenario pengelolaan
hutan kombinasi karbon dengan usaha minyak lawang, dan skenario pengelolaan
hutan kombinasi karbon dengan usaha sagu. Bentuk pengelolaan hutan yang tepat
dapat memberikan manfaat dari segi ekonomi, ekologi, dan sosial.
Hasil simulasi skenario, menunjukan nilai kelayakan usaha pada masingmasing skenario memiliki net present value (NPV) positif, benefit cost ratio
(BCR) lebih dari 1 dan internal rate return (IRR) lebih dari tingkat suku bunga
yang digunakan. Hal tersebut menunjukan bahwa skenario masing-masing usaha
layak untuk dijalankan. Nilai NPV, BCR dan IRR tertinggi ada pada skenario
pengelolaan hutan kombinasi karbon dan pemanfaatan sagu, dengan nilai NPV
sebesar Rp. 25.170.588,59. Nilai ini menunjukan bahwa biaya yang dikeluarkan
dalam kegiatan pengelolaan akan memberikan keuntungan selama umur usaha 5
tahun menurut nilai sekarang. Nilai BCR pada skenario pengelolaan hutan
kombinasi karbon dan pemanfaatan sagu sebesar 1,47. Keadaan tersebut
menggambarkan bahwa manfaat yang diperoleh selama umur proyek sebesar nilai
BCR lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan untuk nilai IRR pada
skenario pengelolaan hutan kombinasi karbon dengan pengusahaan sagu sebesar
28 % berada diatas suku bunga bank yang digunakan yaitu 10%. Nilai tersebut
menujukan kriteria kelayakan usaha skenario pengelolaan hutan terbaik secara
finansial ada pada skenario kombinasi pengelolaan hutan berbasis karbon dengan
pemanfaatan sagu. Hal ini juga didukung dengan tingkat kelestarian struktur
tegakan yang baik dan memiliki standing stock yang besar pada siklus tebang
berikutnya karena pemanfaatan kayu dihentikan sementara dan beralih ke
pemanfaatan jasa penyerapan karbon.
Collections
- UT - Forest Management [2979]