Show simple item record

dc.contributor.authorSimanjuntak, Friston
dc.date.accessioned2010-05-07T02:50:50Z
dc.date.available2010-05-07T02:50:50Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14683
dc.description.abstractKayu sebagai salah satu bahan yang dibutuhkan manUSta untuk bahan bangunan, alat-alat rumah tangga maupun untuk bahan lainnya, sehingga kebutuhan akan kayu semakin meningkat sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan. Masalah yang harus diperhatikan adalah kayu memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan terhadap serangan organisme perusak kayu (terutama kayu dari kelas awet rendah) dan kondisi iklim di Indonesia yang termasuk iklim daerah tropika yang hangat dan lembab sehingga mendukung perkembangbiakan organisme perusak kayu. Oleh karena itu perlindungan kayu dari serangan organisme perusak kayu ~angat penting artinya. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui pengawetan kayu yang bertujuan untuk memperpanjang umur pakai kayu dan juga dimungkinkannya pemakaian jenis-jenis kayu yang kurang awet. Permasalahan yang sering timbul dalam pengawetan kayu adalah penggunaan bahan kimia berdaya racun tinggi sehingga clapat membahayakan lingkungan dan manusia. Sehubungan dengan itu telah dikembangkan suatu metode pengawetan kayu yang tidak bersifat racun bagi kehidupan manusia dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Metode yang digunakan adalah modifikasi kimia kayu. Kayu plastik (wood polymer composites) merupakan salah satu metode modifikasi kayu secara kimiawi yang dapat memperbaiki sifat-sifat fisis mekanis dan keawetan suatu jenis kayu. Suatu penelitian telah diiakukan untuk mengetahui keawetan kayu plastik polivinil stirena pada tingkat kosentrasi yang berbeda-beda terhadap serangan jamur pelapuk kayu Trametes versicolor L. Fr. Pilat dan dibandingkan dengan kayu yang ; diawetkan dengan bahan pengawet Impralit CKB. Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis kayu bangunan yaitu tusam (Pinus merkusii Junghuhn et de Vriese), sengon (Paraserianthes fa/cataria L. Nielsen) dan karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.). Kayu tersebut dibuat menjadi eontoh uji keeil berukuran 5 em x 2,5 em x 1,5 em. Metode yang digunakan untuk mengimpregnasi monomer dan memasukkan bahan pengawet Impralit CKB kedalam kayu 1dalah dengan metode sel penuh. Perlakuan pada kayu plasik terdiri dari konsentrasi stirena 60%, 70%, 80% dan 90% sedangkan untuk bahan pengawet impralit CKB menggunakan konsentrasi 3% saja. Proses polimerisasi dilakukan seeara termal (pengovenan) pada suhu 600C selama 48 jam. Masing-masing eontoh uji yang telah diberi perlakuan dimasukkan kedalam kotak kaea yang berisi biakan murni jamur pelapuk putih T. versicolor dan kemudian diinkubasikan pada suhu kamar ± 270C selama 3 bulan (BSI, 1980). Respon yang diukur dalam penelitian ini adalah retensi monomer plastik dan bahan pengawet impralit CKB 3%, kandungan polimer plastik, dan kehilangan berat pada kayu. Raneangan pereobaan yang dilah.'Ukan adalah raneangan aeak lengkap faktorial 3 x 6 dengan 5 ulangan tiap perlakuan. Faktor pertama adalah jenis kayu (tusam, sengon dan karet) dan faktor kedua adalah perlakuan eara pengawetan (kontrol, konsentrasi stirena 60%, 70%, 80%, 90% dan pengawetan dengan bahan pengawet Impralit CKB 3%). Selanjutnya untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh, maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan uji wilayah berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik jenis kayu, konsentrasi dan kombinasi keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap besarnya retensi monomer dan kandungan polimer plastik di dalam kayu. Dari ketiga jenis kayu yang digunakan, kayu tusam memiliki nilai retensi terbesar yaitu 451, 17%, diikuti kayu sengon sebesar 389,30% dan kayu karet sebesar 323.20%, sedangkan nilai kandungan polimer plastik terbesar teIjadi pada kayu sengon sebesar 176,03%, diikuti kayu tusam sebesar 79,02% dan kayu karet sebesar 44,54%. Hasil penelitian juga men..:njukkan bahwa kehiiangan berat pada ketiga jenis kayu plastik setelah diumparJcan terhadap jamur pelapuk putih T. versicolor semakin kecil dengan makin besarnya konsentrasi stirena yang digunakan. Bila dibandingkan dengan kayu awetan Impralit CKE 3% maka kayu plastik cukup membutuhkan perlakuan konsentrasi stirena 70%. Dalam hal ini kayu plastik polivinil stirena dapat dipertimbangkan sebagai altematif pengganti kayu yang diawetkan dengan menggunakan bahan pengawet impralit CKB karena kayu plastik polivinil stirena tidak bersifat racun bagi manusia dan tidak mencemari lingkungan.id
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)
dc.titleDaya Tahan Kayu Plastik (Wood Polymer Composites) Terhadap Serangan Jamur Pelapuk Putih Trametes versicolor L. Fr. Pilatid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record