dc.description.abstract | Hutan berperan penting dalam menjaga keberlanjutan bentang alam dan
makhluk hidup yang ada di dalamnya. Dilaporkan bahwa hutan-hutan di Indonesia
terus mengalami perubahan fungsi menjadi lahan perkebunan. Dinas Kehutanan
Provinsi Jambi pada tahun 2019 melaporkan bahwa luas hutan yang tersisa di Jambi
sebesar 17,25% atau 865.059 ha. Transformasi habitat menjadi isu penting dalam
memengaruhi keberlanjutan hutan alami. Terjadinya konversi hutan menjadi lahan
perkebunan menyebabkan penurunan keanekaragaman semut. Semut adalah salah
satu serangga yang berperan sebagai penyedia jasa ekosistem. Semut dinilai sebagai
serangga yang sangat responsif terhadap perubahan kondisi lingkungan sehingga
dijadikan sebagai bioindikator perubahan tipe penggunaan lahan dan keberhasilan
konservasi lahan. Perubahan tipe penggunaan lahan dapat memengaruhi komposisi
dan kekayaan spesies semut kanopi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa
pengaruh transformasi habitat terhadap kelimpahan, kekayaan, dan komposisi
semut kanopi di lanskap Hutan Harapan dan Taman Nasional Bukit Duabelas
berdasarkan konteks perubahan tipe penggunaan lahan yang terjadi pada tahun
2013 sampai dengan tahun 2017; serta mempelajari pengaruh riparian terhadap
keanekaragaman dan komposisi semut kanopi.
Penelitian ini menggunakan sampel yang sudah tersedia di laboratorium dan
fokus pada identifikasi morfologi hingga tingkat spesies. Identifikasi dilakukan
pada bulan Oktober 2021 hingga Oktober 2022 di Laboratorium Pengendalian
Hayati Institut Pertanian Bogor. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juni
hingga Agustus 2017. Pengambilan sampel dilakukan pada 4 tipe penggunaan lahan
yaitu lahan hutan, hutan karet, kelapa sawit, dan karet, serta pada 3 area riparian di
lanskap Hutan harapan. Pada setiap tipe penggunaan lahan ditentukan 4 plot utama
berukuran 50m × 50m. Pada setiap plot ditentukan 3 titik subplot sehingga total plot
yang digunakan adalah sebanyak 44 plot atau 132 subplot. Pengambilan sampel
dilakukan dengan teknik pengasapan menggunakan insektisida bahan aktif
deltametrin yang dilakukan di pagi hari pukul 06.00 WIB selama 20 menit ke arah
kanopi target. Delapan wadah penampung berbentuk limas terbalik yang berukuran
1m × 1m digunakan untuk menampung serangga yang jatuh. Analisis statistik
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak R studio versi 4.3.0 yang
divisualisasikan menggunakan paket ggplot2. Kurva peringkat kelimpahan
divisualisasikan dengan menggunakan rankabund. Kelimpahan per meter persegi
dan kekayaan spesies juga dianalisis dengan menggunakan paket vegan, begitu juga
dengan analisis akumulasi spesies, untuk komposisi spesies dianalisis dengan
fungsi manyglm paket mvabund.
Kelimpahan semut kanopi di hutan jauh lebih tinggi dari pada kelimpahan di
perkebunan karet, tapi tidak bebeda nyata dengan kelimpahan di hutan karet dan
perkebunan sawit. Hutan memiliki kekayaan spesies yang lebih tinggi
dibandingkan tiga tipe lahan lainnya, yaitu berturut-turut 34%, 53% dan 61% lebih
tinggi dibandingkan hutan karet, perkebunan sawit, dan karet. Perubahan tipe
penggunaan lahan berdampak pada komposisi semut kanopi, yaitu terjadinya
perubahan komposisi semut kanopi antara hutan dengan perkebunan kelapa sawit
dan karet, namun terdapat kemiripan komposisi semut kanopi pada hutan dan hutan
karet. Kemiripan komposisi semut tersebut terjadi karena adanya spesies-spesies
dari genus Crematogaster, Dolichoderus, Camponotus, Monomorium,
Paraparatrechina, dan Technomyrmex yang merupakan genus dominan yang hidup
generalis. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan dari kelimpahan, kekayaan, dan komposisi semut kanopi pada area
riparian dengan non-riparian. Pada penelitian ini diketahui bahwa Crematogaster
sebagai genus dominan ditemukan di hutan, karet, dan hutan karet walaupun
spesiesnya berbeda-beda; sedangkan spesies dominan pada perkebunan kelapa
sawit adalah Anoplolepis gracilipes. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa
0,09% dari kelimpahan semut di hutan adalah A. gracilipes, yaitu spesies invasif
yang telah memasuki area hutan. Spesies ini dapat menggeser spesies semut lainnya
karena A. gracilipes memiliki sifat agresif dan generalis dalam preferensi makan
dan tempat bersarang. Transformasi habitat atau perubahan tipe penggunaan lahan
yang terjadi antara tahun 2013 – 2017 berdampak pada penurunan kelimpahan
semut kanopi per meter persegi sebesar 64% dan penurunan kekayaan spesies semut
kanopi sebesar 57%. Penelitian ini juga menemukan 81 spesies baru yang tidak
ditemukan pada tahun 2013, serta terdapat 91 spesies hilang yang tidak ditemukan
pada tahun 2017. | id |