Show simple item record

dc.contributor.advisorMaryana, Nina
dc.contributor.advisorDamayanti
dc.contributor.authorDesriana, Rizky
dc.date.accessioned2024-04-05T06:33:26Z
dc.date.available2024-04-05T06:33:26Z
dc.date.issued2024-04-04
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145723
dc.description.abstractHutan berperan penting dalam menjaga keberlanjutan bentang alam dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Dilaporkan bahwa hutan-hutan di Indonesia terus mengalami perubahan fungsi menjadi lahan perkebunan. Dinas Kehutanan Provinsi Jambi pada tahun 2019 melaporkan bahwa luas hutan yang tersisa di Jambi sebesar 17,25% atau 865.059 ha. Transformasi habitat menjadi isu penting dalam memengaruhi keberlanjutan hutan alami. Terjadinya konversi hutan menjadi lahan perkebunan menyebabkan penurunan keanekaragaman semut. Semut adalah salah satu serangga yang berperan sebagai penyedia jasa ekosistem. Semut dinilai sebagai serangga yang sangat responsif terhadap perubahan kondisi lingkungan sehingga dijadikan sebagai bioindikator perubahan tipe penggunaan lahan dan keberhasilan konservasi lahan. Perubahan tipe penggunaan lahan dapat memengaruhi komposisi dan kekayaan spesies semut kanopi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh transformasi habitat terhadap kelimpahan, kekayaan, dan komposisi semut kanopi di lanskap Hutan Harapan dan Taman Nasional Bukit Duabelas berdasarkan konteks perubahan tipe penggunaan lahan yang terjadi pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2017; serta mempelajari pengaruh riparian terhadap keanekaragaman dan komposisi semut kanopi. Penelitian ini menggunakan sampel yang sudah tersedia di laboratorium dan fokus pada identifikasi morfologi hingga tingkat spesies. Identifikasi dilakukan pada bulan Oktober 2021 hingga Oktober 2022 di Laboratorium Pengendalian Hayati Institut Pertanian Bogor. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2017. Pengambilan sampel dilakukan pada 4 tipe penggunaan lahan yaitu lahan hutan, hutan karet, kelapa sawit, dan karet, serta pada 3 area riparian di lanskap Hutan harapan. Pada setiap tipe penggunaan lahan ditentukan 4 plot utama berukuran 50m × 50m. Pada setiap plot ditentukan 3 titik subplot sehingga total plot yang digunakan adalah sebanyak 44 plot atau 132 subplot. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik pengasapan menggunakan insektisida bahan aktif deltametrin yang dilakukan di pagi hari pukul 06.00 WIB selama 20 menit ke arah kanopi target. Delapan wadah penampung berbentuk limas terbalik yang berukuran 1m × 1m digunakan untuk menampung serangga yang jatuh. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak R studio versi 4.3.0 yang divisualisasikan menggunakan paket ggplot2. Kurva peringkat kelimpahan divisualisasikan dengan menggunakan rankabund. Kelimpahan per meter persegi dan kekayaan spesies juga dianalisis dengan menggunakan paket vegan, begitu juga dengan analisis akumulasi spesies, untuk komposisi spesies dianalisis dengan fungsi manyglm paket mvabund. Kelimpahan semut kanopi di hutan jauh lebih tinggi dari pada kelimpahan di perkebunan karet, tapi tidak bebeda nyata dengan kelimpahan di hutan karet dan perkebunan sawit. Hutan memiliki kekayaan spesies yang lebih tinggi dibandingkan tiga tipe lahan lainnya, yaitu berturut-turut 34%, 53% dan 61% lebih tinggi dibandingkan hutan karet, perkebunan sawit, dan karet. Perubahan tipe penggunaan lahan berdampak pada komposisi semut kanopi, yaitu terjadinya perubahan komposisi semut kanopi antara hutan dengan perkebunan kelapa sawit dan karet, namun terdapat kemiripan komposisi semut kanopi pada hutan dan hutan karet. Kemiripan komposisi semut tersebut terjadi karena adanya spesies-spesies dari genus Crematogaster, Dolichoderus, Camponotus, Monomorium, Paraparatrechina, dan Technomyrmex yang merupakan genus dominan yang hidup generalis. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari kelimpahan, kekayaan, dan komposisi semut kanopi pada area riparian dengan non-riparian. Pada penelitian ini diketahui bahwa Crematogaster sebagai genus dominan ditemukan di hutan, karet, dan hutan karet walaupun spesiesnya berbeda-beda; sedangkan spesies dominan pada perkebunan kelapa sawit adalah Anoplolepis gracilipes. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa 0,09% dari kelimpahan semut di hutan adalah A. gracilipes, yaitu spesies invasif yang telah memasuki area hutan. Spesies ini dapat menggeser spesies semut lainnya karena A. gracilipes memiliki sifat agresif dan generalis dalam preferensi makan dan tempat bersarang. Transformasi habitat atau perubahan tipe penggunaan lahan yang terjadi antara tahun 2013 – 2017 berdampak pada penurunan kelimpahan semut kanopi per meter persegi sebesar 64% dan penurunan kekayaan spesies semut kanopi sebesar 57%. Penelitian ini juga menemukan 81 spesies baru yang tidak ditemukan pada tahun 2013, serta terdapat 91 spesies hilang yang tidak ditemukan pada tahun 2017.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKekayaan dan Komposisi Semut Kanopi pada Beberapa Tipe Lahan di Lanskap Hutan Harapan dan Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambiid
dc.title.alternativeRichness and Composition of Canopy Ants on Several Land Types in Landscape of Harpan Forest and Bukit Duabelas National Park, Jambiid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordchanges in ant compositionid
dc.subject.keyworddeforestationid
dc.subject.keywordFormicidaeid
dc.subject.keywordinvasive speciesid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record