Show simple item record

dc.contributor.advisorAchyadi, R. Kurnia
dc.contributor.authorHarila, Elwun
dc.date.accessioned2024-04-05T02:45:14Z
dc.date.available2024-04-05T02:45:14Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145589
dc.description.abstractKomoditi sapi perah sangat potensial untuk ikut berperan dalam pembangunan peternakan dewasa ini. Untuk itu, peningkatan mutu genetik dan populasi sapi perah perlu terus mendapat perhatian baik oleh pemerintah, maupun pihak-pihak yang terkait. Salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan mutu genetik dan populasi sapi perah tersebut adalah dengan penanggulangan penyakit-penyakit reproduksi baik yang bersifat infeksius maupun non infeksius. Abortus, merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk gangguan reproduksi yang frekwensi kejadiannya cukup tinggi dilapangan, dimana faktor penyebabnya dapat bersifat infeksius, seperti oleh infeksi bakteri, virus protozoa, dan jamur serta penyebab non infeksius seperti karena faktor fisik, faktor genetis, hormonal, trauma, malnutrisi, bahan kimia (obat dan racun), fetus kembar, abortus habitualis, abortus terapeutik, ataupun akibat reaksi alergis dan anafilaksis. Untuk penanggulangan kasus abortus secara tuntas, sangat sulit dilakukan mengingat kompleksnya faktor penyebab dari kasus abortus tersebut. Upaya yang sering dilakukan adalah mengurangi jumlah kejadian dengan membatasi penularan antar ternak, dengan manajemen dan sanitasi sebaik mungkin serta pelaksanaan terapi secara cepat dan tepat. Studi kasus ini dilakukan dengan pengumpulan data primer melalui pengamatan langsung serta wawancara dengan dokter hewan atau dengan petugas-petugas setempat,, pengambilan data sekunder mengenai kejadian abortus mulai tahun 1995 sampai dengan tahun 1999, di PT Taurus Dairy Farm Cicurug Sukabumi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh penyebab-penyebab terjadinya abortus, gejala klinis yang bisa diamati dari setiap penyebab kasus abortus dan upaya-upaya pencegahan serta kemungkinan penanggulangannya. Kejadian abortus yang terjadi di PT Taurus Dairy Farm, berjumalah 83 kasus selama kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 1995 sampai dengan tahun 1999.Tahun 1995 rata-rata kejadiannya adalah 2,62%, tahun 1996. 2,21%, tahun 1997,3,23%, tahun 1998, 3,72%, dan untuk tahun 1999 rata-rata kejadiannya adalah 3,02%. Rata-rata kejadiannya secara keseluruhan dari tahun 1995-1999 adalah 2,96%. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kejadiannya memerlukan perhatian secara serius mengingat kerugian ekonomi yang dapat ditimbulkannya. Kejadian abortus ini banyak terjadi pada periode laktasi ke III. Pejantan yang paling banyak digunakan adalah jenis pejantan Varlour yang berasal dari Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang Jawa Barat. Dilaporkan juga bahwa pernah terjadi kejadian abortus berulang sebanyak 17 kasus dengan waktu kejadian yang berbeda-beda. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui umur kebuntingan saat terjadinya abortus cukup bervariasi yaitu berkisar antara 2 sampai 7 bulan umur kebuntingan. Diketahui pula bahwa pada umur kebuntingan 4 sampai 5 bulan didapatkan kejadian abortus yang disertai dengan retensio sekundinae…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKejadian abortus pada sapi perah dan upaya penanggulangannya : Studi kasus di PT Taurus Dairy Farm Cicurug, Sukabumiid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record