Show simple item record

dc.contributor.advisorIndrawan, Andry
dc.contributor.advisorSetiadi, Yadi
dc.contributor.authorPurwanto, Andi
dc.date.accessioned2024-04-05T02:34:46Z
dc.date.available2024-04-05T02:34:46Z
dc.date.issued1999
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145563
dc.description.abstractIndonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia, yaitu sepanjang 81.000 km dan tergabung ke dalam 17 ribu pulau yang merupakan suatu bentuk ekosistem pantai serta memiliki peran penting penting bagi kehidupan biota darat dan laut. Karena luasnya yang besar dan fungsinya yang penting maka keberadaan hutan pantai harus tetap dipertahankan dan perlu dilakukan usaha-usaha penghijauan kembali kawasan pantai yang telah rusak. Penghijauan lahan-lahan yang telah rusak sering mengalami kendala-kendala seperti lahan yang kurang subur sehingga penggunaan pupuk biologis cendawan mikoriza arbuskula perlu dilakukan (Setiadi, 1998a). Oleh karena itu penelitian-penelitian mengenai CMA ini masih harus terus dilakukan. Sampai saat ini beberapa penelitian tentang CMA juga telah mengungkap adanya asosiasi antara cendawan mikoriza arbuskula dengan vegetasi pantai. Penyebaran dan keanekaragaman genus cendawan mikoriza arbuskula (CMA) mulai dari garis pantai hingga ke daratan pada hutan mangrove dan hutan pantai yang dipengaruhi salinitas yang tinggi belum banyak diteliti dan dicoba untuk diketahui melalui penelitian ini. Pengambilan contoh tanah dan akar tanaman untuk pengamatan dalam penelitian ini dilakukan di Hutan Pantai dan Hutan Mangrove Cagar Alam Leuweung Sancang, Kabupaten Garut, Jawa Barat dengan pembuatan jalur sepanjang 200 meter selebar 5 meter dibuat mulai dari garis pantai menuju ke daratan. Jalur dibagi ke dalam 10 petak yang sama besar dengan panjang 20 meter. Ekstraksi spora CMA dilakukan pada contoh tanah untuk memisahkan spora CMA dari contoh tanah sehingga dapat dilakukan identifikasi CMA untuk mengetahui jumlah dan genus spora CMA pada tiap petak. Teknik yang digunakan untuk mengekstraksi spora CMA adalah teknik tuang dan saring dari Pacioni (1992) dan dilanjutkan dengan teknik sentrifugasi dari Brundett et al. (1996). Spora pada cawan petri dihitung dan dinyatakan dalam tiap 50 gram tanah serta diidentifikasi sampai ke tingkat genus (Schenk dan Perez, 1988). Spora CMA hasil ekstraksi yang sulit diidentifikasi sampai ke tingkat genus melalui pengamatan di cawan petri dilakukan melalui pengamatan preparat slide dengan Melzer reagent (Setiadi et al., 1992). Observasi kolonisasi CMA pada akar tanaman dilakukan melalui pewarnaan akar (staining akar). Metode yang digunakan untuk permbersihan dan pewarnaan akar yang akan dipakai adalah metoda dari Phillips dan Hayman (1970). Analisis pada contoh tanah dilakukan untuk mengetahui salinitas atau kandungan garam pada tiap petak (setiap 20 meter). Analisis salinitas tanah dilakukan dengan metode Daya Hantar Listrik (DHL). Selain itu pada tiap lokasi, hutan mangrove dan hutan pantai, dianalisis kandungan Nitrogen, Fosfat, Kalium, dan pH tanahid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcForest managementid
dc.subject.ddcFungicidesid
dc.titleStudi hubungan salinitas dengan kelimpahan cendawan mikoriza arbuskula (CMA) paada lahan hutan pantai dan hutan mangrove di Cagar Alam Leuweung Sancang, Kabupaten Garut, Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordmangroveid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record