Show simple item record

dc.contributor.advisorSuprehatin
dc.contributor.advisorRifin, Amzul
dc.contributor.authorHakim, Rizqi Imaduddin
dc.date.accessioned2024-04-03T23:57:32Z
dc.date.available2024-04-03T23:57:32Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/145174
dc.description.abstractKoordinasi antar pelaku dalam sistem agribisnis semakin penting dan relevan di masa kini. Hal ini ditandai dengan transformasi industri pertanian dan pangan di mana perusahaan agribisnis saat ini lebih banyak melibatkan petani skala kecil dalam rantai nilai pertanian mereka. Dalam hal ini perusahaan fokus pada aktivitas inti mereka dan mendelegasikan aktivitas pemenuhan bahan baku lewat kemitraan dengan petani. Salah satu komoditas pangan dan pertanian yang strategis bagi Indonesia dan banyak mengadopsi kemitraan dalam pemenuhan bahan bakunya adalah tebu. Struktur agraria tebu di Indonesia yang didominasi oleh petani skala kecil dan sifat alami tebu yang mudah rusak setelah dipanen membuat kemitraan tebu perlu koordinasi dan pengelolaan yang baik. Meskipun demikian penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kemitraan memberikan dampak yang beragam bagi petani. Selain akibat perbedaan konteks pelaksanaan, perbedaan tersebut juga akibat perbedaan karakteristik petani yang menjadi mitra. Keberagaman karakteristik petani tersebut juga perlu dipertimbangkan oleh pabrik gula (PG) sebagai penampung dan pengolah tebu petani. PG perlu menyesuaikan struktur tatakelola kemitraan yang sesuai dengan atribut transaksi mereka ketika bertransaksi petani. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis tipologi petani tebu Indonesia dan partisipasinya dalam kemitraan dengan PG, (2) menganalisis dampak kemitraan tebu terhadap pendapatan petani berdasarkan tipologi, dan (3) mengidentifikasi tatakelola kemitraan tebu yang ada saat ini dan merumuskan tatakelola kemitraan tebu berdaarkan tipologi petani. Penelitian ini menggunakan data sekunder Survei Rumah Tangga Usaha Perkebunan 2014 (ST2013 SKB) Komoditas Tebu dan data primer berupa studi kasus kemitraan tebu pada PG Rejoagung Baru di Kota Madiun, Jawa Timur. ST2013 SKB berisi sampel 8.816 petani tebu dengan komposisi 2.255 petani mitra dan 5.787 petani nonmitra. Adapun data primer diperoleh dari wawancara mendalam dengan manajer bagian tanaman, sinder kebun, dan petani mitra PG Rejoagung Baru. Data dianalisis menggunakan Principal Component Analysis, Cluster Analysis, Propensity Score Matching dan analisis deskriptif. Ada tiga hasil penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian. Pertama, hasil penelitian mengenai tipologi petani tebu yang dianalisis dengan Principal Component Analysis dan Cluster Analysis menunjukkan bahwa terdapat empat klaster dalam petani tebu Indonesia. Keempat klaster petani tebu tersebut memiliki ciri khas yang mudah dikenali dan berbeda signifikan secara statistik. Klaster dengan jumlah petani terbanyak memiliki karakteristik berumur dewasa dengan pendidikan yang baik, memiliki lahan sendiri walaupun sempit, produksi tidak intensif, serta memiliki akses kelembagaan yang buruk. Kedua, dari hasil analisis dampak dengan Propensity Score Matching dapat disimpulkan bahwa kemitraan memberikan dampak positif yang signifikan, yakni pendapatan petani mitra 45,3 persen lebih tinggi daripada petani nonmitra. Meskipun demikian ketika dianalisis pada tingkat klaster dampaknya beragam. Perbedaan terbesar ada pada petani Klaster 4, yakni 63,15 persen lebih tinggi. Namun pada Klaster 3 kemitraan tidak memberikan dampak yang signifikan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan perlunya mempertimbangkan keberagaman petani dari sisi karakteristik maupun dampak kemitraan ketika akan merumuskan kebijakan peningkatan performa kemitraan. Dengan diketahuinya karakteristik masing-masing klaster petani diharapkan dapat menghasilkan kebijakan sesuai dan tepat sasaran. Bagi PG, keberagaman tersebut turut menentukan atribut transaksi yang muncul ketika bermitra dengan petani. Ketiga, hasil analisis struktur tatakelola kemitraan yang didasarkan pada Teori Biaya Transaksi menunjukkan bahwa tatakelola kemitraan pada PG Rejoagung Baru (RAB) dapat dihemat biaya transaksinya dengan mengubah struktur Kontrak Spesifikasi yang telah dijalankan menjadi struktur Aliansi Strategis atau Kerjasama Formal. Pengalaman terbaik yang telah dilakukan oleh PG RAB melalui tatakelola multistruktur dan multilevel terbukti mampu mengurangi ketidakpastian bahan baku dengan menganekaragamkan sumber bahan baku sekaligus menyesuaikan diri dengan karakteristik petani mitranya. Dengan demikian kemitraan dapat berkelanjutan apabila karakteristik petani dan dampak adanya kemitraan bagi petani menjadi pertimbangan PG dalam merancang struktur tatakelola yang sesuai karena pendapatan petani dapat meningkat dan pada saat bersamaan pasokan bahan baku PG lebih terjamin.id
dc.description.sponsorshipBeasiswa Unggulan 2023id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleTatakelola Kemitraan Tebu berdasarkan Tipologi Petani di Indonesiaid
dc.title.alternativeThe Governance of Sugar Cane Partnerships based on Farmer Typologies in Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordfarmer typologyid
dc.subject.keywordgovernance structureid
dc.subject.keywordpartnership impactid
dc.subject.keywordsugarcaneid


Files in this item

Thumbnail
Thumbnail
Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record