| dc.description.abstract | Sejalan dengan perkembangannya, sumber daya hutan senantiasa mengalami desakan kebutuhan dengan berjalannya proses pembangunan serta meningkatnya masalah kerusakan hutan sebagai akibat terjadinya kebakaran, pencurian kayu, perladangan berpindah serta pembalakan yang cenderung tidak terkendali. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan hasil hutan perkapita, maka kebutuhan hasil hutan terutama kayu akan terus meningkat.
Apabila pengelolaan hutan produksi terus berlangsung seperti yang diselenggarakan selama ini yang berakibat terus menurunnya luas dan produktivitasnya, maka peningkatan kebutuhan hasil hutan semakin lama akan semakin sulit untuk dipenuhi. Sehingga diperlukan adanya perencanaan yang baik. Untuk menyediakan hasil hutan yang teratur dan berkesinambungan maka diterapkan prinsip kelestarian hasil (Sustainable Yield) yang diwujudkan dengan membentuk hutan normal.
Kondisi hutan di KPH Cepu, KPH Mantingan dan KPH Pati dikategorikan dalam keadaan tidak/belum normal dimana KPH Cepu digolongkan dalam kondisi hutan yang bagus, KPH Mantingan sedang dan KPH Pati buruk. Sehingga untuk mengarahkan hutan ke arah normal diperlukan penerapan Metode Pengaturan Hasil yang sesuai untuk menentukan besarnya etat tebangan (Chapman, 1931; Davis, 1954; Meyer et.al, 1961 dan Osmaston, 1968).
Dari hasil penelitian Gusdaji (1990), dari 3 metode yang diuji untuk diterapkan di KPH Kedu Utara, Kelas Perusahaan Pinus (Formula Burn, Cotta dan Kompromi), Formula Cotta terpilih sebagai metode yang terbaik. Etat volume diperoleh dari hasil pengujian kedua yaitu sebesar 114660 m³/th dengan selisih kumulatif Jangka Waktu Fenebangan (JWP) dengan daur 1.23 th.... | id |
