Show simple item record

dc.contributor.advisorHadjib, Ahmad
dc.contributor.advisorPuspaningsih, Nining
dc.contributor.authorWiliam, Dede
dc.date.accessioned2024-04-02T01:57:15Z
dc.date.available2024-04-02T01:57:15Z
dc.date.issued1998
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/144639
dc.description.abstractSejak tahun 1997 sampai dengan tahun 1998 ini, kebakaran hutan meliputi hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama di wilayah Kalimantan, Sumatera, dan Irian Jaya. Berdasarkan laporan dari setiap propinsi di Indonesia, sampai dengan akhir bulan November 1997, kebakaran hutan telah mencapai 165 561.83 hektar (PHPA, 1997). Kebakaran yang terjadi menimbulkan kerugian di berbagai sektor, asap yang ditimbulkan mengakibatkan polusi udara yang berdampak buruk terhadap kesehatan, kehilangan nyawa, kerusakan pada material dan substansial ekonomi, bukan saja di wilayah Indonesia tetapi juga terhadap beberapa negara lain di wilayah Asia Tenggara. Berbagai pendapat mengenai penyebab terjadinya kebakaran sangat bervariasi. Beberapa hal yang seringkali dianggap sebagai penyebab meluasnya kebakaran akhir-akhir ini antara lain: adanya penyimpangan gejala El-Nino, adanya peladang berpindah, konversi lahan hutan, pengusahaan hutan (HPH), proyek-proyek penanaman untuk skala industri (HTI), dan lain sebagainya. Kurangnya informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebakaran tersebut, menyebabkan ketidakpastian penanganan sumber daya alam yang harus diterapkan baik sebelum maupun pasca kebakaran. Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai suatu sistem yang mempunyai kemampuan dalan mengumpulkan, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisa, dan menyajikan informasi, dapat digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan SIG dalam upaya penyediaan informasi kebakaran, melalui analisa titik-titik kebakaran yang ada di Propinsi Jambi. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuisioner dan pengukuran langsung di lapangan, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik-titik kebakaran yang terbanyak berturut-turut terjadi di areal hutan yang ditebang/dibalak (logged forest) (61.2%), hutan alam (26.1%) dan kebun karet rakyat (6.4%). Sedangkan berdasarkan klasifikasi lahannya, lahan gambut merupakan yang paling rawan terhadap timbulnya kebakaran yang meluas dan berkepanjangan (43.2%). Karena pada lahan tersebut api menjalar di bawah permukaan gambut dengan sangat cepat, sehingga sukar untuk diidentifikasi dari atas permukaan. Hal ini sangat menyulitkan untuk dilakukan kegiatan pencegahan meluasnya kebakaran ataupun tindakan represif (pemadaman) kebakarannya.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcForest managementid
dc.titlePenerapan sistem informasi geografis dalam analisis titik-titik kebakaran (Studi kasus di Propinsi Jambi)id
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.subject.keywordsigid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record