Tingkat erosi dan aliran permukaan dari berbagai pola tanam wanatani dan hutan rakyat di das serayu Luk Ulo
Abstract
Di Indonesia terdapat 36 DAS yang mengalami kerusakan berat dan 22 diantaranya sangat kritis (salah satunya Das Serayu Luk Ulo). Hal ini mendasari pentingnya penerapan konservasi tanah dengan teknologi yang memadai, sehingga crosi, banjir dan pengendapan di DAS dapat dikurangi (Arsyad, 1989 dan Utomo, 1989).
Kritisnya kawasan DAS disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan industri, perluasan pemukiman dan pengembangan kota yang sebagian besar menggunakan areal datar di bagian hilir suatu daerah aliran sungai dengan akibat lanjutan makin menyempit dan terbatasnya lahan-lahan pertanian, sehingga para petani mencari garapan di daratan yang lebih tinggi.
Salah satu alternatif dalam pemanfaatan lahan secara optimal terutama di daerah berlereng curam bisa dilakukan dengan pemasyarakatan kembali berbagai bentuk tata guna lahan tradisional yang sudah dikenal oleh masyarakat, misalnya pekarangan, kebun campuran, kebun bambu, hutan rakyat, dan sebagainya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat erosi dan aliran permukaan dari berbagai pola tanam wanatani dan hutan rakyat pada kelerengan di atas 25% serta mengevaluasi keberhasilan berbagai pola tanam dalam mengurangi erosi dan aliran permukaan dari segi biofisik dan sosial ekonomi peserta plot.
Penelitian ini dilakukan di Sub DAS Tritis, Das Serayu Luk Ulo yang secara administratif terletak di Dukuh Kalisat Desa Trimulyo Kecamatan Wadas Lintang Kabupaten Wonosobo, pada bulan Mei - September 1998.
Pengukuran erosi dan aliran permukaan menggunakan metode pengendapan tanah terangkut, dengan cara mengukur volume limpasan dan pengambilan sampel air pada masing-masing drum yang terletak diujung bawah plot percobaan erosi yang berukuran 22 m x 10 m dari berbagai pola tanam wanatani dan hutan rakyat. Pola tanam wanatani yang terletak pada kelerengan antara 25%-45% terdiri dari AG1 (setempat, yaitu sengon tanaman semusim), AG2 (sengon, tanaman semusim. rumput dan buah-buahan uur pendek) dan AG3 (sengon, tanaman semusim, rumput dan buah-buahan umur panjang). Pola tanam hutan rakyat yang terletak pada kelerengan 45% terdiri dari HR1 (setempat, yaitu sengon tanaman semusim), HR2 (sengon, tanaman semusim, tanaman buah-buahan umur panjang dan rumput) dan HR3 (tanaman semusim, tanaman buah-buahan umur panjang, rumput dan jenis kayuan). Masing-masing pola tanam tersebut terdiri dari tiga ulangan, sehingga jumlah total plot percobaan 18 buah. Pada saat yang sama juga dilakukan pengamatan besarnya curah hujan dengan cara mengukur sejunilah air hujan yang tertampung dalam alat penakar hujan
Collections
- UT - Forest Management [2979]