Deteksi luas kebakaran hutan melalui citra landsat TM multiwaktu : Studi Kasus di HPH PT. Sribunian Trading Coy. Propinsi Sumatera Selatan
View/ Open
Date
1999Author
Nurhenda
Hardjoprajitno, Soedari
Jaya, I Nengah Surati
Metadata
Show full item recordAbstract
Tidak adanya metode baku untuk menghitung luas kebakaran hutan secara tepat, telah menimbulkan perbedaan taksiran luas kebakaran hutan antara instansi yang satu dengan yang lainnya (WALHI, 1997 dalam Ginting, 1999). Departemen Kehutanan dan Perkebunan sendiri menentukan luas kebakaran hutan hanya berdasarkan laporan-laporan kebakaran hutan yang ditentukan langsung di lapangan. Oleh karena itu diperlukan metode-metode baru untuk menentukan luas kebakaran hutan secara cepat dan akurat dengan memanfaatkan data-data yang tersedia. Data citra Landsat TM yang memiliki karakteristik spektral dan spasial yang baik, sangat potensial untuk digunakan dalam pendeteksian perubahan lahan.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi luas kebakaran hutan dan perubahan lahan akibat kebakaran hutan melalui citra Landsat TM Multiwaktu rekaman 10 Juli 1997 dan 18 Januari 1998 sekaligus mengevaluasi kehandalan metode kuantitatif dengan citra satelit. Lokasi penelitian terletak di HPH PT. Sribunian Trading Coy. Propinsi Sumatera Selatan.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah independent classification dan direct multidate analysis. Pada independent classification luas kebakaran hutan dapat diketahui dengan membandingkan eksistensi dan luas komposisi lahan pada kedua waktu. Tipe-tipe penutupan lahan akibat kebakaran hutan pada TM 1998 dapat dideteksi menjadi 10 kelas dengan akurasi Kappa 96,75%. Metode ini tidak dapat mendeteksi luas kebakaran hutan dan perubahan lahan secara spesifik serta kurang teliti.
Pada metode direct multidate analysis digunakan klasifikasi dengan direct multitemporal classification (DMC) dan 12-Dimensional multitemporal classification (MPC). Pada DMC, penggunaan 6 band dari kedua waktu secara simultan (3-plus-3), yaitu band 3-4-5-3-4-5 memberikan hasil yang optimal. Hasil yang sama diperoleh jika menggunakan 12 band dari kedua waktu. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian ini penggunaan DMC 3-plus-3 memberikan keterandalan yang mantap. Pada klasifikasi ini dihasilkan 11 kelas perubahan lahan dengan akurasi Kappa 99,70%.
Meskipun DMC mampu mendeteksi perubahan lahan secara akurat, namun metode ini kurang praktis karena melibatkan banyak band. Untuk mereduksi jumlah band pada saat klasifikasi digunakan 12-Dimensional MPC yang merupakan transformasi linier untuk menghasilkan band-band buatan yang baru. Dengan teknik 12-Dimensional MPC, data kedua waktu diperlakukan sebagai satu set data...
Collections
- UT - Forest Management [2974]