dc.description.abstract | Pengelolaan hutan rakyat di Indonesia sampai pada saat ini, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa, masih dilakukan secara tradisional. Hal ini terlihat secara nyata pula di wilayah penelitian. Para pengelola hutan rakyat khususnya petani belum sepenuhnya memperhatikan sistem pengelolaan yang ekonomis sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal.
Dalam sistem pemasaran juga masih dilakukan dengan sederhana. Sebagian besar petani hutan rakyat masih sangat rendah pengetahuannya dalam hal memasarkan hasil-hasil kayunya. Dilain pihak, informasi pasar masih sangat kurang, dan disertai kurangnya permodalan yang dimilikinya menyebabkan peranan tengkulak dalam penentuan harga pasaran dan volume perdagangan masih sangat dominan,
Penelitian ini dilakukan bulan Oktober di empat kecamatan contoh, yaitu: Kecamatan Sipahutar (desa Aek Nauli III, Sipahutar III, Sabungannihuta IV), Kecamatan Pangaribuan (desa: Godung Borotan, Sampagul, Parlombuan), Kecamatan Parmonangan (desa: Aekraja, Manalu Dolok, Lobusunut) dan Kecamatan Dolok Sanggul (desa: Matiti II, Pakkat, Aek Nauli II). Selain itu sebagai data penunjang tentang kontribusi yang pernah diberikan hutan rakyat di wilayah penelitian terhadap penyediaan bahan baku industri, diambil data dari industri yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara yaitu industri pulp dan rayon PT Inti Indorayon Utama.
Penelitian dilakukan berkenaan dengan permasalahan yang ada di Propinsi Sumatera Utara khususnya di wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, dimana banyak lahan- lahan gersang dan kritis yang perlu dilakukan penanaman hutan rakyat, yang hasilnya selain untuk meningkatkan pendapatan penduduk setempat juga menguntungkan dari segi ekologis. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri sektor kehutanan yang ada di wilayah tersebut. Sehingga dengan penelitian ini, diharapkan mampu memberikan solusi bagi pengelolaan hutan rakyat yang lebih baik khususnya pada kegiatan pemasaran. | id |