Respon biologis ulat sutera instar IV terhadap iradiasi sinar gamma (137Cs)
View/ Open
Date
2002Author
Marwan
Ekastuti, Damiana Rita
Santoso, Koekoeh
Metadata
Show full item recordAbstract
Radiasi dalam sistim biologis laksana sebuah pisau bermata dua. la merupakan alat yang sangat berguna dan bermanfaat tetapi juga merupakan musuh yang sangat perkasa (Djojosoebagio, 1988). Penggunaan radiasi sudah sangat luas digunakan baik untuk kepentingan damai maupun untuk kepentingan militer. Dibidang pertanian radiasi banyak digunakan untuk peningkatan mutu genetik tanaman, sterilisasi serangga, dibidang kedokteran dipakai untuk sterilisas alat bedah, pembuatan radiovaksin, radiotherafi dll. Radiasi juga banyak digunakan untuk penelitian-penelitian.
Penggunaan radiasi yang tidak tepat, pembuangan limbah radionuklida kelingkungan terbuka ataupun terjadi kebocoran instalasi nuklir bisa memberi efek negatif bagi kelangsungan hidup manusia dan lingkungan. Karena sinar radioaktif tidak bisa dideteksi dengan pancaindra dan pengaruhnya baru bisa diketahui setelah terjadi kerusakan pada lingkungan sehingga perlu dibuat suatu bioindikator. Ulat sutera (Bombyx mori L.) selain sebagai serangga yang bermanfaat dalam kegiatan agroindustri yang menghasilkan serat sutera alam (Samsijah dan Andadari, 1992) yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi juga bisa dijadikan sebagai hewan percobaan. Ulat sutera (Bombyx mori L.) memiliki beberapa syarat utama sebagai hewan coba, sehingga serangga ini berpeluang dijadikan sebagai hewan coba untuk penelitian bioindikator spesies uji.
Penelitian ini terdiri dari 5 dosis perlakuan yaitu: 0 Gy, 50 Gy, 100 Gy, 150 Gy dan 200 Gy pada 200 larva ulat sutera. Setiap dosis perlakuan terdiri dari 20 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari satu larva ulat sutera. Parameter yang diteliti adalah pertambahan bobot badan larva instar IV dan V, bobot pupa, lama instar IV dan V, kualitas kulit kokon dan survival (kemampuan bertahan hidup).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma dosis akut pada larva awal instar IV memperlihatkan pengaruh nyata terhadap bobot badan basah instar IV yaitu terjadi penurunan sebesar 39,14% (D100), bobot kulit kokon terjadi penurunan sebesar 39,35 % (D200). Bobot pupa terjadi penurunan sebesar 26,26% (D200). Larva yang diradiasi dengan dosis 50 Gy dapat bertahan hidup 85% sampai akhir instar V (hari ke 14), sedangkan D200 hanya 50%. Pada tahap pupa yang mampu bertahan hidup sampai hari ke tujuh setelah mengokon (84.61%) dan pada D200 tidak satu pupapun yang bertahan hidup sampai hari ketujuh setelah mengokon (mortalitas 100%). Namun bobot badan instar V, lama instar dan persentase kokon tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P>0,05)…