Pengaruh kekeringan terhadap kadar air gambut dan akibatnya pada perilaku api
Abstract
Salah satu tipe hutan yang ada di Indonesia adalah hutan gambut. Ekosistem hutan gambut yang unik (selalu tergenang air dan tanahnya yang masam) menjadikannya berbeda dengan ekosistem hutan hujan lainnya. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi kesejahteraan manusia dan dianggap sebagai salah satu pusat biodiversity dunia. Akan tetapi areal yang sangat penting tersebut, saat ini berada di bawah ancaman kerusakan yang hebat seiring dengan perkembangan kepentingan terhadap hutan, seperti eksploitasi yang berlebihan dan kerusakan karena kebakaran. Kebakaran hutan gambut yang cenderung meningkat diakibatkan oleh banyak faktor seperti perubahan iklim yang tidak menentu akibat El-Nino sehingga musim kemarau menjadi lebih lama dari biasanya yang berdampak pada rendahnya kadar air bahan bakar. Antisipasi dari perilaku api adalah salah satu aspek yang paling penting dari pengendalian kebakaran. Pilihan cara untuk mengantisipasi kebakaran liar dan membawanya menuju kebakaran yang terkendali tergantung dari besarnya atau bagaimana perilaku api, penyebarannya, arah dari penjalaran dan intensitasnya. Aspek perilaku api yang sangat berpengaruh untuk permulaan dari penyebaran api adalah bahan bakar yang tersedia, energi yang cukup untuk membuat bahan bakar berada pada temperatur penyalaan, dan kecukupan oksigen. Bagaimana api berperilaku, ditentukan oleh faktor-faktor yang berhubungan seperti bahan bakar, cuaca, topografi, perubahan iklim dan waktu terjadinya kebakaran (Brown dan Davis, 1973). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kekeringan terhadap kadar air gambut dan akibatnya pada perilaku api.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2001 sampai dengan November 2001 dan berlokasi di Laboratorium Kebakaran Hutan dan Lahan Fakultas Kehutanan IPB. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan cara simulasi didalam Laboratorium. Gambut yang digunakan adalah gambut tipe saprik, hemik, dan fibrik. Plot penelitian berjumlah 8 buah (untuk perlakuan kering masing-masing tipe gambut terdiri dari 2 plot sedangkan untuk perlakuan basah. hanya terdiri dari gambut tipe hemik dan saprik, dengan luas masing-masing plot 0,15 m²). Proses pengambilan data meliputi pengukuran kadar air pada masing-masing plot setiap 3 hari sekali, penyiapan bahan bakar, pengukuran parameter sebelum pembakaran, pengukuran parameter cuaca, dan pembakaran plot (hanya untuk perlakuan kering). Parameter yang diukur pada saat pembakaran berlangsung adalah pengukuran kondisi cuaca, pengukuran laju penjalaran api, pengukuran tinggi api, pemgukuran suhu pembakaran dan pengukuran bahan bakar yang tersisa. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan Uji Duncan pada selang kepercayaan 95%...
Collections
- UT - Forest Management [2977]