Penggunaan Mycorrhizal helper bacteria (MHBs) dan fungi mikoriza arbuskula (FMA) untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi [Melia azedarach Linn]
Abstract
Laju degradasi kawasan hutan di Indonesia masih tinggi, yang menyebabkan semakin berkurangnya luas hutan dan meningkatnya luas lahan kritis. Dalam upaya untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari kerusakan hutan tersebut, dilakukan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. Namun yang menjadi kendala utama bagi keberhasilan kegiatan rehabilitasi adalah terhambatnya pertumbuhan semai dan semai memiliki daya hidup yang rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan bibit yang berkualitas baik dan dapat bertahan hidup pada tanah-tanah marginal. Namun untuk mendapatkan bibit yang berkualitas baik dan memiliki daya hidup yang tinggi dilapangan diperlukan input hara yang cukup, yaitu dengan pemberian pupuk. Pupuk yang diberikan haruslah aman bagi lingkungan dan sesuai dengan ekosistem. Penggunaan teknologi mikroba tanah yaitu dengan penggunaan mikoriza merupakan solusi yang tepat dan telah terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Salah satu fungi mikoriza yang telah dikenal dapat dijadikan pupuk hayati (biofertilizer) adalah FMA (Fungi Mikoriza Arbuskular). Simbiosis antara fungi dengan perakaran tanaman, dalam perkembangannya dilapangan seringkali mengalami kendala. Untuk itu diperlukan mikroorganisme yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kerjasama tersebut, yaitu jenis bakteri yang dikenal dengan nama Mycorrhizal Helper Bacteria (MHBs). MHBs merupakan bakteri spesifik yang dapat bersimbiosis dengan FMA dan mempunyai kemampuan untuk menstimulir perkembangan FMA. Dengan aplikasi MHBs dan FMA pada mindi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan kualitas hidup semai mindi. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan Rumah Kaca Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian diawali
dengan isolasi spora mikoriza, dimana isolasi spora tersebut dilakukan melalui teknik
penyaringan basah bertingkat dan dilanjutkan dengan metode sukrosa sentrifugasi
menurut Jenkins (1964). Selanjutnya spora Glomus sp dan Gigaspora sp yang sudah
dipilih kemudian disimpan dalam refrigerator sampai digunakan. Tahapan penelitian
selanjutnya adalah persiapan tanaman inang (tanaman mindi) serta perbanyakan dan
pembuatan larutan isolat bakteri. Persiapan tanaman mindi yang dimaksud adalah
perkecambahan benih mindi yang diawali dengan perlakuan pendahuluan dengan
menjemur benih mindi dibawah sinar matahari selama 1 minggu sampai kulit bijinya
menjadi retak. Inokulasi FMA dan bakteri dilakukan pada saat penyapihan sesuai
dengan perlakuan yang diberikan. ...
Collections
- UT - Silviculture [1313]