Identifikasi makrofungi yang berkembang di areal bekas tebangan kompleks hutan sungai Pesaguan - Sungai Tayap - Sungai Biya Propinsi Kalimantan Barat
Abstract
Kayu merupakan tempat tumbuh jamur sekaligus juga sebagai sumber nutrisinya, ini terjadi jika kayu telah kering dan lapuk. Kayu menjadi sumber makanan jamur karena mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin, protein, dan lain-lain. Komponen-komponen inilah yang dirombak oleh jamur dengan enzim yang dikeluarkannya. Jamur akan tumbuh subur jika kayu banyak mengandung makanan dan kondisi kayu serta lingkungannya sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan jamur.
Kayu lapuk banyak tersedia di hutan berasal dari pohon dan bagiannya yang rebah baik secara alami ataupun akibat kegiatan pemanenan (logging). Kegiatan pemanenan banyak meninggalkan sisa tebangan dilantai hutan yang berupa tunggak pohon, ranting-ranting, daun, dahan serta bagian lain dari pohon yang selanjutnya akan mengalami dekomposisi. Bahan-bahan tersebut sangat berpotensi untuk menjadi substrat beberapa jenis jamur termasuk makrofungi. Berbagai jenis jamur dapat tumbuh subur pada media tersebut baik jamur makroskopis ataupun mikroskopis.
Saat ini telah teridentifikasi beberapa jenis makrofungi yang berperan dalam pengembalian biomasa tumbuhan dalam bentuk hara ke dalam tanah hutan melalui proses pelapukan. Disamping itu juga beberapa jenis makrofungi telah dikenal sebagai bahan yang dapat dikonsumsi karena memiliki kandungan gizi dan rasanya yang lezat serta bernilai ekonomi tinggi sehingga usaha untuk membudidayakan di luar habitat aslinya terus dikembangkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis makrofungi yang berkembang di areal bekas tebangan, serta mengetahui faktor-faktor fisik lingkungannya dalam hal ini suhu dan kelembaban tempat tumbuh makrofungi tersebut.
Penelitian lapang dilakukan di areal bekas tebangan PT. Suka Jaya Makmur yang masuk dalam kompleks hutan Sungai Pesaguan-Sungai Tayap-Sungai Biya Propinsi Kalimantan Barat, dilanjutkan dengan kegiatan identifikasi di Laboratorium Patologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Lama penelitian mulai dari observasi lapang sampai dengan identifikasi adalah 3 bulan (Maret-Juni 2002). Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil sampel utuh setiap jenis makrofungi yang dijumpai pada lokasi penelitian. Pengukuran kondisi fisik lingkungan (suhu udara dan kembaban relatif) dilakukan di sekitar tempat hidup makrofungi. Identifikasi dan deskripsi makrofungi didasarkan pada pengamatan morfologi tubuh buah.
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi, dilokasi penelitian dijumpai makrofungi sebanyak 53 jenis, 28 jenis di areal I dan 38 jenis di areal II yang tersebar dalam 19 famili, 42 jenis diantaranya adalah pelapuk kayu, 11 jenis hidup dengan substrat tanah dan serasah, 12 jenis merupakan jamur pangan (edible Mushroom), 8 jenis merupakan bahan pembuatan obat (medicinal mushroom) dan 4 jenis berperan sebagai mikoriza.
Collections
- UT - Forest Management [2956]