Show simple item record

dc.contributor.advisorBaskoro, Dwi Putro Tejo
dc.contributor.authorManurung, Henry D.
dc.date.accessioned2024-03-19T01:49:26Z
dc.date.available2024-03-19T01:49:26Z
dc.date.issued1996
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/142228
dc.description.abstractErosi dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lahan karena pada peristiwa erosi lapisan atas tanah yang subur terkikis sehingga produktivitas menurun. Di samping itu, erosi tersebut juga dapat menyebabkan pen- dangkalan waduk, saluran dan sungai akibat adanya pengendapan tanah yang terangkut. Salah satu sifat tanah yang penting mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah stabilitas agregat. Stabilitas agregat yang merupakan fungsi dari tekstur, struktur dan bahan organik adalah suatu parameter yang mencerminkan ketahanan agregat terhadap pukulan oleh air. Tujuan peneli- tian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh waktu dan ukuran agregat (perbandingan indeks stabilitas agregat) dengan menggunakan dua metode pengukuran terhadap berbagai jenis tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dengan menggunakan bahan yaitu Tanah Latosol Sindangbarang, Podsolik Merah Kuning Jasinga, Andosol Sukamantri, Latosol Darmaga dan Regosol Sindangbarang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan petak terpisah (split plot) dengan 2 faktor perlakuan yaitu jenis tanah sebagai petak utama (whole plot). Jenis tanah yang digunakan (telah dikemukakan) dan waktu pengayakan terdiri dari 6 taraf: 1, 2, 3, 5, 7, 10 menit dengan masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Percobaan kedua dirancang untuk membandingkan indeks stabilitas agregat hasil pengukuran metode lama (standard waktu pengayakan 5 menit) dan baru (standard waktu pengayakan 60 menit). Rancangan percobaan yang digunakan adalah sama dengan percobaan pertama, dengan jenis tanah sebagai petak utama (whole plot) dan metode pengukuran sebagai anak petak (subplot). Ukuran agregat yang digunakan pada metode lama 8 mm sedangkan pada metode baru ≤ 2.83 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Latosol Sindangbarang mem- punyai indeks stabilitas agregat tertinggi diikuti oleh Podsolik Merah Kuning. Jasinga, Andosol Sukamantri, Latosol Darmaga, Regosol Sindangbarang. Hal tersebut disebabkan perbedaan kation pada kompleks jerapan, bahan organik, tekstur dan struktur yang saling berinteraksi satu sama lain. Nilai indeks stabilitas agregat menurun dengan bertambahnya waktu pengayakan basah. Hal ini menunjukkan semakin lama suatu agregat te rendam oleh air maka kestabilannya akan menurun. Indeks stabilitas agregat hasil pengukuran dengan metode baru (DIK-2010) nyata lebih tinggi dan jatuh pada kelas stabilitas agregat yang berbeda dibanding indeks stabilitas agregat hasil pengukuran metode lama. Hal ini disebabkan ukuran agregat yang digunakan pada metode lama yaitu ≤ 8 mm sedangkan pada metode baru 2.83 mm. Pengukuran indeks stabilitas yang jatuh pada kelas stabilitas berbeda ini menegaskan bahwa kriteria baru yang sesuai untuk digunakan pada metode baru perlu dibuat/disusun.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcSoil scienceid
dc.subject.ddcSoil typesid
dc.titlePerbandingan indeks stabilitas agregat hasil metode pengukuran dan waktu pengayakan yang berbeda pada beberapa jenis tanahid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record