Aflatoksikosis pada ayam
Abstract
Aflatoksikosis merupakan suatu mikotoksikosis yang di sebabkan oleh aflatoksin, yaitu hasil metabolisme sekunder dari kapang Aspergillus flavus dan A. parasiticus. Penyakit ini biasa disebut juga Penyakit Kalkun X atau Keracunan Kacang Tanah atau Keracunan Aflatoksin.
Kapang dari kelompok A. flavus merupakan kapang pencemar bahan makanan, sering ditemukan dalam gudang penyimpanan bahan makanan terutama jagung, kacang tanah dan biji kapas. Pertumbuhan kapang dan pembentukan toksinnya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan substrat. Kelompok A. flavus tumbuh subur pada kelembaban relatif di atas 85% dengan kadar air biji-bijian 16% atau lebih, bersifat mesofilik dan merupakan organisma yang aerob. Pada kondisi kelembaban dan suhu yang sesuai aflatoksin dapat dihasilkan dalam waktu 48 jam.
Aflatoksikosis biasanya terjadi pada hewan yang mengkonsumsi ransum tercemar aflatoksin secara alami. Gejala yang ditimbulkan tergantung dari dosis yang termakan dan lamanya mengkonsumsi. Keracunan akut ditandai dengan kematian setelah hewan mengkonsumsi toksin dalam dosis letal sedangkan keracunan subakut/kronis ditandai oleh penurunan produksi telur, terhambatnya pertumbuhan dan menekan sistem imun sehingga ayam menjadi lebih peka terhadap berbagai penyakit infeksius. Ayam relatif lebih tahan terhadap aflatoksin dibandingkan itik, kalkun dan angsa.
Hati merupakan target organ dari aflatoksin. Oleh karena itu perubahan patologi anatomi dan histopatologi tampak paling jelas pada hati. Hati mengalami degenerasi, nekrosa dan perlemakan. Pada organ lain ditemukan degenerasi ginjal, splenomegalli, degenerasi sel-sel asiner pankreas, regresi bursa fabricius, regresi thymus, hidropericardium dan enteritis catarrhalis. Pada keadaan lebih lanjut terlihat cirrhosis atau nodular pada hati disertai nekrosa fokal berwarna putih dan edema umum.
Penanggulangan terhadap aflatoksikosis dapat dilakukan dengan cara mencegah pertumbuhan kapang pada bahan makanan atau dengan detoksifikasi ransum yang tercemar. pengobatan tidak ekonomis dan tidak efisien selama Tindakan toksin masih berada dalam ransum. Bila keadaan tidak parah ayam- ayam dapat sembuh kembali setelah toksin disingkirkan dari dalam ransum.