Show simple item record

dc.contributor.advisorSaleh, M. Buce
dc.contributor.advisorPuspaningsih, Nining
dc.contributor.authorKatherina
dc.date.accessioned2024-03-06T02:18:57Z
dc.date.available2024-03-06T02:18:57Z
dc.date.issued1994
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/141035
dc.description.abstractMakin meningkatnya perkembangan penduduk menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan terhadap air, sandang dan perumahan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut menyebabkan tuntutan terhadap kebutuhan tanah menjadi semakin besar, sedangkan areal yang ada relatif sedikit/tetap. Semua ini menyebabkan manusia mulai mengusahakan lahan-lahan miring sebagai lahan pertanian tanpa memperhatikan konsep pengawe- tan tanah dan air, akibatnya terbentuk lahan-lahan kritis. Dengan keadaan tersebut pendugaan erosi dan upaya alterna- tif pengendalian terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) me- lalui pendekatan unit lahan perlu dilakukan untuk memini- mumkan laju erosi tanah. Sistem Informasi Geografi (SIG) yang telah dikembangkan sebagai sistem pengelolaan data dan informasi dapat diaplikasikan dalam usaha perencanaan, pe- ngelolaan dan pengembangan DAS tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa erosi potensial yang tertinggi yakni unit H*2.2.2-2 sebesar 2.542,69 ton/ha/th disebabkan oleh erosivitas hujan yang tinggi (1.788 mm/th), erodibilitas tanah yang tinggi (0,356) dan lereng yang cu- kup curam (16%). Erosi potensial tertinggi ini menunjukkan bahwa areal tersebut termasuk lahan paling kritis sehingga menjadi prioritas pertama dalam pengendalian erosi dan ke- rusakan lahan. Sedangkan erosi potensial terendah pada u- nit H*2.1.1-2 sebesar 233,48 ton/ha/th karena erosivitas hujan yang rendah (1.752 mm/th) dan erodibilitas tanah yang rendah (0,256) serta topografi yang relatif landai (12%). Erosi aktual tertinggi terdapat pada unit H*1.1.1 sebesar 1.718,54 ton/ha/th dan yang terendah pada unit H*1.2.1-1 sebesar 26.58 ton/ha/th. Erosi aktual yang tinggi ini disebabkan karena penutupan lahan sebagian besar berupa tegalan (57.65%) dengan pengelolaan tanah berupa pola tanam berurutan dan teras bangku sedang. Penutupan yang lain be- rupa semak (0.30%), sawah (0.10%), hutan tanaman (2.60%) dan hutan alam (39.70%). Sedangkan erosi aktual terendah yang terjadi pada unit H*1.2.1-1 disebabkan sebagian besar lahan tertutup oleh hutan alam tak terganggu (57.80%). Se- lain itu adalah hutan tanaman (41.60%) dan kebun campuran (0.60%). Penutupan lahan yang rapat ini menyebabkan inter- sepsi air hujan oleh tajuk cukup besar dan air hujan tidak langsung sampai ke permukaan tanah, sehingga mengurangi ke- cepatan aliran permukaan dan kekuatan perusakan tanah oleh air...dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcForest managementid
dc.subject.ddcWatershed managementid
dc.titleStudi erosi untuk perencanaan pengelolaan daerah aliran sungai dengan aplikasi sistem informasi geografi di Subdas Kalipatunjang DAS Citarum Hilir Kabupaten Krawang Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record