Pengaruh pemberian pupuk majemuk NPK (15-15-15) urea (46) TSP (38) dan KCL (48) terhadap pertumbuhan sengon (Paraserianthes falcataria (L) Fosberg) pada persemaian hutan rakyat di Kabupaten Subang
View/ Open
Date
1999Author
Darsono, Purwadi Hasan
Pamoengkas, Prijanto
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kondisi topografi, terutama dalam usaha persawahan lahan kering didaerah pertanian dataran tinggi di Pulau Jawa khususnya Jawa Barat menimbulkan masalah lahan kritis. Berbagai upaya pemerintah telah dilaksanakan untuk menanggulangi hal tersebut, dimulai dengan Gerakan Karang Kitri tahun 1958 kemudian Gerakan Reboisasi dan Penghijuan pada tahun 70-an, berlanjut dengan Upaya Rehabilitasi Lahan Kritis dan Konservasi Tanah yang dikelola oleh Balai RLKT. Perkembangan terakhir yaitu pelaksanaan Program Inpres Penghijauan yang di tangani oleh Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah.
Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah merupakan penjabaran dari Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 86 tahun 1994 mengenai penyerahan sebagian kekuasaan pemerintah pusat ke pemerintah daerah dalam sektor kehutanan. Pelaksanaan program Inpres Penghijuan ini telah di mulai pada tahun anggaran 1994/1995. Salah satu kegiatan yang termasuk dalam program tersebut adalah pembangunan hutan rakyat. Sedangkan jenis yang dikembangkan adalah Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Fosberg) atau yang dikenal dengan nama daerah Jeungjing Laut. Pemilihan jenis ini karena sengon termasuk jenis pohon cepat tumbuh, disukai oleh petani, dan mudah dalam pemasarannya,
Kegiatan penanaman Hutan Rakyat membutuhkan bibit dalam jumlah besar dengan kualitas yang memadai. Persemaian untuk program penanaman hutan rakyat dilaksanakan dengan bentuk persemaian konvensional sesuai dengan target lokasi tanam setiap tahun anggaran. Persemaian ini dipilih dengan pertimbangan kemudahan teknis dan biaya yang tidak terlalu besar.
Pembuatan persemaian untuk tahun anggaran 1997/98 dilaksanakan di empat lokasi dengan luas masing-masing 0,125 ha. Jumlah bibit yang akan di tanam sebanyak 50.000 bibit untuk tiap lokasi persemaian. Studi kasus dilaksanakan di Persemaian Ciciung untuk target penanaman di Kec. Cisalak. Lokasi persemaian yang digunakan berupa areal persawahan yang disewa dari petani dengan luas 0,125 ha. Sumber air diperoleh dari aliran Sungai Citeurup, dengan jarak ke desa terdekat sekitar 500 meter. Persiapan persemaian pada awal bulan Agustus dengan target tanam pada bulan Desember- Januari…dst
Collections
- UT - Forest Management [2979]