Show simple item record

dc.contributor.advisorManalu, Wasmen
dc.contributor.advisorSatyaningtijas, Aryani S
dc.contributor.authorGultom, Yuris Napita
dc.date.accessioned2024-03-05T00:57:41Z
dc.date.available2024-03-05T00:57:41Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/140863
dc.description.abstractSecara keseluruhan ekspor di sektor peternakan sampai dengan bulan Agustus 2000 mencapai US$ 128,233 juta. Untuk tetap mempertahankan peningkatan ekspor tersebut, sektor peternakan harus lebih banyak mendapatkan perhatian. Dalam hal ini misalnya perlu dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan efisiensi reproduksi dari ternak, atau teknik-teknik yang dapat mendukung untuk peningkatan efisiensi reproduksi. Salah satu usaha untuk meningkatkan efisiensi reproduksi adalah dengan melakukan superovulasi. Superovulasi adalah suatu teknik dalam reproduksi untuk meningkatkan jumlah sel telur yang diovulasikan sehingga jumlah korpus luteum meningkat kemudian sekresi estrogen dan progesteron meningkat. Jumlah estrogen dan progesteron yang meningkat ini berguna dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kelenjar susu uterus sehingga makanan embrio tercukupi. Superovulasi bisa dilakukan dengan pemberian PMSG yang memiliki aktivitas seperti FSH yaitu dapat meningkatkan jumlah folikel. Penelitian yang bertujuan untuk mempelajari efek peningkatan sekresi endogen hormon kebuntingan (estrogen dan progesteron) pada peningkatan efisiensi reproduksi terhadap hewan politokus dan mempelajari pengaruh superovulasi terhadap ukuran tubuh dan bobot organ anak tikus putih pada saat lepas sapih telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Bagian Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus betina yang masih dara dari galur Sprague-Dawley berumur 10 minggu sebanyak 20 ekor dengan bobot badan 180-200 gram. Tikus-tikus itu dikelompokkan ke dalam Rancangan Acak Lengkap pola satu arah dengan empat perlakuan penyuntikan PMSG. Tiap perlakuan terdiri atas lima ulangan. Perlakuan adalah penyuntikan PMSG dengan dosis 0; 37,5; 75; dan 150 IU/kg BB. Sampel yang digunakan adalah 211 anak tikus usia lepas sapih dari 20 ekor induk dengan kisaran jumlah anak 6-14 ekor. Parameter yang diukur yaitu panjang kepala, panjang punggung, panjang kaki depan (kanan dan kiri), panjang kaki belakang (kanan dan kiri), bobot, bobot paru- paru, bobot hati, bobot lambung, bobot limpa, bobot ginjal, bobot ovarium/testis, dan bobot otak. Semua bobot organ dinyatakan dalam persen bobot organ per bobot badan. Kemudian dilakukan analisis data dengan uji ANOVA, jika terdapat perbedaan nyata (p<0,05) dilakukan uji Duncan agar dapat mengetahui kelompok perlakuan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa superovulasi berupa penyuntikan PMSG pada induk tidak berpengaruh terhadap panjang ukuran tubuh dan bobot organ anak tikus usia lepas sapih. Ukuran panjang punggung dengan jumlah litter 6-7 lebih panjang daripada litter >7 tetapi bobot lambung dan bobot otak lebih berat pada litter dengan jumlah ≥ 10 dibandingkan dengan litter < 10…id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleEfektifitas penyuntikan pmsg sebelum perkawinan induk pada bobot organ dan ukuran tubuh anak tikus putih usia lepas sapihid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record