Pemanfaatan tradisional tumbuhan obat oleh suku Dayak di HPH PT. Intracawood Manufacturing Kalimantan Timur
View/ Open
Date
2003Author
Saragih, Fitriana
Siswoyo
Hermawan, Rachmad
Metadata
Show full item recordAbstract
HPH PT Intracawood Manufacturing ditetapkan berdasarkan Surat Menteri Kehutanan No. 219/Menhut-IV/1988 tanggal 11 Maret 1988 dan Akte No. 131 PT Inhutani I yang menunjuk PT Intracawood Manufacturing sebagai pengelola atas bagian areal HPH PT Inhutani I seluas 250.000 ha, yang berada di Kabupaten Malinau (Kecamatan Malinau) dan Kabupaten Bulungan (Kecamatan Sekatak dan Kecamatan Sesayap). Terdapat 32 desa di HPH ini, dengan penduduk asli adalah Suku Dayak, Suku ini memiliki hubungan yang erat dengan hutan di sekitarnya, berbagai kebutuhan hidup sehari-hari diperoleh dengan memungut dan memanfaatkan hasil hutan, antara lain adalah binatang buruan (babi hutan, pelanduk, rusa, burung dan lain-lain), rotan, manggeris dan tumbuhan obat (PT TUV Internasional Indonesia, 2001).
HPH PT Intracawood Manufacturing berusaha untuk mengelola hutan secara lestari, hal ini terlihat dari program dibidang hasil hutan non-kayu dan teknologi pemanenannya, meliputi keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna serta potensi tumbuhan obat. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian ini, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana potensi tumbuhan obat yang ada di kawasan HPH tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mangkuasar, Desa Seputuk dan Desa Tanjung Keranjang selama 1 bulan (10 Juni-10 Juli 2002). Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu (1) pengumpulan data, (2) pengolahan data dan (3) analisis data. Pengumpulan data terdiri atas, orientasi lapangan, penentuan responden penelitian dan pembuatan herbarium. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, dengan cara wawancara dan studi literatur. Data primer yang dikumpulkan terdiri atas suku dayak (sejarah, karakteristik, sosial, ekomoni dan budaya), tumbuhan obat (nama daerah, bagian yang digunakan, habitus, habitat, jenis liar/budidaya, pengolahan dan pemakaian) dan proses perlakuan (direbus, ditumbuk, diseduh, diremas dan lain-lain), sedangkan data sekunder yang dikumpulkan terdiri atas nama ilmiah dan kondisi umum tempat penelitian (letak dan luas, iklim dan curah hujan, geologi dan tanah, topografi, hidrologi, flora dan fauna). Kegiatan pengolahan data terdiri atas mengedit data, klasifikasi data dan membuat tabel frekuensi. Analisis data dilakukan secara deskriptif.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan 75 jenis dan 42 famili tumbuhan obat tradisional di ketiga desa yang berasal dari dalam dan luar areal kerja HPH PT Intracawood Manufacturing, dengan jumlah jenis dan jumlah famili tertinggi ditemukan di Desa Mangkuasar (32 jenis dan 26 famili), sedangkan jumlah jenis dan jumlah famili terendah ditemukan di Desa Seputuk (29 jenis dan 19 famili) ...