Show simple item record

dc.contributor.advisorGunanti
dc.contributor.advisorMaheswari, Hera
dc.contributor.authorIfianti, Meiti
dc.date.accessioned2024-03-04T01:56:51Z
dc.date.available2024-03-04T01:56:51Z
dc.date.issued2001
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/140699
dc.description.abstractSalah satu dari hewan kesayangan yang banyak diminati orang diantaranya adalah kucing lokal, karena selain mudah pemeliharaannya juga memiliki daya adaptasi yang cukup baik. Kucing lokal mempunyai kemampuan reproduksi yang cukup tinggi sehingga ditemukan dalam jumlah yang sangat banyak dan mudah diperoleh di Indonesia. Untuk mengantisipasi meningkatnya populasi kucing lokal di Indonesia salah satu usaha yang dilakukan dalam bidang Kedokteran Hewan diantaranya adalah ovariohisterektomi. Ovariohisterektomi adalah suatu tindakan operasi untuk menghilangkan ovarium dan uterus dengan tujuan menghilangkan estrus dan kebuntingan (Shutleworth and Smythe 1960). Langkah awal dari tindakan operasi adalah dilakukannya anestesia. Tindakan anestesia tidak merupakan hal yang asing lagi. Anestesia memegang peranan penting dalam dunia Kedokteran Hewan khususnya hal-hal yang berkaitan dengan tindakan operasi karena anestesia dapat menghilangkan rasa sakit dan menimbulkan relaksasi, Untuk melakukan operasi besar (operasi mayor) seperti ovariohisterektomi perlu dilakukan anestesia umum, selain itu pemberian preanestetikum juga dipertimbangkan dengan tujuan mengurangi gangguan fisiologik yang timbul seperti muntah selama atau sesudah anestesia, bradikardia dan hipersalivasi (Handoko 1999; Hall 1978). Untuk mencapai anestesia yang ideal, Handoko (1999) menyatakan bahwa kombinasi beberapa bahan kimia mungkin akan saling berpotensiasi atau efek salah satu bahan kimia dapat menutupi pengaruh bahan kimia yang lain. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bedah Veteriner Jurusan Klinik Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui durasi terpanjang dari ke-empat perlakuan dengan perubahan aspek fisiologi yang tidak berat. Hewan percobaan yang digunakan adalah kucing betina lokal dewasa sebanyak 32 ekor umur sekitar satu sampai tiga tahun, berat badan antara dua sampai tiga kg dengan status present baik. Hewan percobaan dikelompokkan menjadi empat kelompok perlakuan, masing-masing terdiri dari delapan ekor sebagai berikut: (1) pemberian xylazine dosis 2 mg/kg berat badan (bb), 15 menit kemudian diberikan ketamin dosis 10 mg/kg bb; (2) kombinasi xylazine dosis 2 mg/kg bb dan ketamin dosis 10 mg/kg bb; (3) pemberian xylazine dosis 2 mg/kg bb, 15 menit kemudian diberikan ketamin 15 mg/kg bb; (4) kombinasi xylazine dosis 2 mg/kg bb dan ketamin dosis 15 mg/kg bb…dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleDurasi dan beberapa aspek fisiologi pemakaian anestetikum xylazine dan ketamin untuk ovariohisterektomi pada kucing lokalid
dc.typeUndergraduate Thesisid
dc.typeThesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record