Studi pertumbuhan stek batang Bambusa ambos Backer (bambu duri) dengan menggunakan zat pengatur tumbuhan rootone F00000t
View/ Open
Date
1990Author
Ginting, Lita Agnes
Muntasib, Harini
Djamhuri, Edje
Metadata
Show full item recordAbstract
Bambusa bambos Becker (bambu duri) merupakan bambu li- ar yang di Indonesia hanya terdapat di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian di daerah Sulawesi Selatan. Penggunaan bambu duri sangat tinggi, terutama sebagai bahan bangunan. Bambu duri sangat tahan terhadap serangan rayap. Di pabrik kertas Gowa, Sulawesi Selatan dan Banyu- wangi, batang bambu duri diolah menjadi pulp yang merupakan bahan dasar kertas. Dengan duri-durinya yang sangat rapat, bambu duri dapat dipergunakan sebagai rintangan hayati.
Pemanenan bambu duri hanya didasarkan kepada hasil pertumbuhan bambu duri di alam, baik di hutan ataupun yang tumbuh di tanah masyarakat sebagai batas pedesaan. Karena tingginya pemanfaatan bambu duri tidak diimbangi dengan penanamanya, pada saat ini keberadaan jenis bambu duri mulai terbatas. Semakin berkurangnya tegakan bambu duri juga diakibatkan oleh keterbatasan benih, dimana Bambu duri hanya berbunga setelah berumur 30 tahun dan setelah berbu- nga setelah berbunga sekelompok rumpunnya langsung mati.
Perbanyakan Bambu duri dengan pembiakan vegetatif me- rupakan salah satu usaha memecahkan masalah perbanyakan tanaman bambu duri. Dengan pembiakan vegetatif dapat di usahakan perbanyakan tanaman bambu duri secara cepat dan anakan yang dihasilkan dapat lebih banyak. Teknik stek batang merupakan salah satu metode dari perbanyakan vegetatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pertum- buhan stek batang Bambusa bambos Becker (Bambu duri) dengan pemberian zat pengatur tumbuh Rootone-F dan bebera- pa cara penanaman.
Penelitian ini dirancang dengan metode faktorial 3 X 5 dalam pola acak lengkap, dengan dua faktor yaitu ; faktor pertama (A) cara penanaman stek batang bambu dan faktor ke dua (B) konsentrasi hormon Rootone-F. Faktor A memiliki tiga tingkat: miring, tegak dan rebah. Faktor B memiliki lima tingkat kontrol, 100 mg/1, 200 mg/1, 300 ng/1 dan 400 mg/l. Dalam percobaan ini terdapat 3 X 5 perlakuan dengan setiap perlakuan terdapat 3 unit dengan 3 kali ulangan…dst
