Studi potensi habitat badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis Fischer 1814) di areal pengembangan Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas, Lampung
Abstract
Indonesia memiliki 2 dari 5 spesies badak yang ada di dunia, salah satunya adalah badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Diperkirakan jumlah badak sumatera sekitar 500 ekor pada 10 tahun yang lalu, namun saat ini populasinya diduga berkurang sampai setengahnya. Hal lain yang memprihatinkan adalah koleksi badak sumatera di kebun binatang sama sekali tidak bereproduksi. Hal yang lebih memperihatinkan lagi adalah sampai saat ini 72,2% koleksi beberapa kebun binatang seperti kebun binatang Ragunan, kebun binatang Surabaya, Taman Safari, serta kebun binatang di Amerika dan Inggris mati karena beberapa sebab, di antaranya karena faktor gangguan pencernaan (44%) dan gangguan ginjal (11%) (Mitra Rhino, 2001). Di Taman Nasional Way Kambas yang semula diduga keberadaan badak sumatera telah punah, namun sekitar tahun 1993 dapat dipastikan melalui jejak yang ditemukan bahwa badak sumatera masih ada. Diperkirakan populasinya di Taman Nasional Way Kambas sekitar 15-24 ekor (STP 1998 dalam Sadjudin 1999). Oleh karena populasi tersebut tergolong kecil, untuk menyelamatkan keberadaan badak sumatera diperlukan upaya konservasi yang menyeluruh. Salah satu kegiatan dari konservasi badak sumatera adalah pembinaan habitat badak dengan pengumpulan data tentang potensi habitat sebagai langkah awalnya Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi habitat badak sumatera dan peranan
komponen-komponen habitat seperti komposisi dan struktur vegetasi, sumber-sumber air serta kubangan bagi badak sumatera di areal pengembangan Suaka Rhino Way Kambas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam konservasi badak sumatera khususnya dalam pengelolaan habitat badak sumatera. Hipotesis dari penelitian ini adalah areal pengembangan Suaka Rhino Sumatera merupakan habitat badak sumatera dan saat ini masih dapat digunakan sebagai habitat badak sumatera berdasarkan pembandingan dengan habitat badak sumatera di daerah lainnya. Lokasi penelitian di areal pengembangan Suaka Rhino Sumatera Way Kambas termasuk ke
dalam wilayah kabupaten Lampung Timur dan merupakan areal hutan hujan tropis dataran rendah
dengan komposisi tumbuhan yang heterogen. Dalam areal penelitian juga terdapat beberapa rawa
rawa
yang berhubungan melalui aliran air dan menurut Sukotjo (1999) kawasan ini memiliki
ketinggian 0-60 mdpl. Suhu rata-rata perbulan berkisar antara 23° C. Penelitian dilakukan dalam bulan Juli dan Agustus 2001.
Pengumpulan data vegetasi dilakukan dengan metode jalur berpetak, sedangkan pengumpulan data tentang kubangan dan sumber air dilakukan dengan cara survey ke daerah rawa-rawa.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan dalam 48 plot pengamatan, ditemukan sebanyak 115 jenis tumbuhan yang tergabung dalam 29 famili, yaitu 83 jenis tumbuhan berkayu dan 32 jenis tumbuhan bawah. Tumbuhan berkayu dari tingkat semai mempunyai jumlah jenis paling banyak, yaitu 58 jenis (645 pohon), diikuti dengan pancang 56 jenis (612 pohon), pohon 50 jenis (384 pohon) dan tiang 38 jenis (125 pohon). Famili yang paling dominan adalah Euphorbiaceae (12 jenis) dan yang paling jarang antara lain adalah Fabaceae, Liliaceae, Lythraceae, Theaceae, Verbenaceae,
Zingiberaceae serta Elaeocarpaceae masing-masing ditemukan 1 jenis.
Pohon yang ditemukan mendominasi pada areal ini (nilai INP di atas 10%) berjumlah 8 jenis (16%), antara lain adalah puyung (Shorea parvifolia) dengan nilai Indeks Nilai Penting sebesar 42.40 %, diikuti dengan meranti (Shorea sp., INP 32.74%). Kedua jenis tersebut tersebar merata di seluruh areal dan kerapatannya cukup tinggi. Indeks Keanekaragaman Shannon untuk tingkat pohon adalah sebesar 3.27, artinya untuk tingkat pohon di lokasi penelitian tingkat keanekaragaman jenisnya tinggi.
Untuk tingkat tiang dari 38 jenis pohon yang ditemukan, 10 jenis diantaranya (26%) memiliki nilai INP tertinggi, antara lain adalah Sempu Air (Dillenia excelsa, 30.30%), diikuti dengan Rambutan (Nephelium lappaceum) (23.50%). Tingkat keanekaragaman jenis untuk tingkat tiang
tergolong tinggi, dilihat dari nilai Indeks Keanekaragaman Shannon sebesar 3.30. ...