Show simple item record

dc.contributor.advisorBudi R, Sri Wilarso
dc.contributor.authorSantika, Harra
dc.date.accessioned2024-02-21T07:07:07Z
dc.date.available2024-02-21T07:07:07Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/139453
dc.description.abstractHutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berısı sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Departemen Kehutanan, 1999). Peranan Cendawan Mikoriza Arbuskula sangat dinilai penting dalam kaitannya dengan kesuburan tanah dari suatu ekosistem terutama dalam ekosistem hutan. Beberapa penelitian menghasilkan keterkaitan produksi mikoriza di suatu tempat dapat berpengaruh positif.terhadap kondisi lahan dan pertumbuhan suatu jenis individu pohon. > Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman vegetasi, mengetahui keanekaragaman cendawan mikoriza khususnya mikoriza arbuskula dan potensi pemanfaatannya di daerah kawasan hutan pegunungan dimana kawasan tersebut dianggap memiliki komponen ekosistem yang beragaman dan mengkaji kemungkinan-kemungkinan penggunaan CMA sebagai pupuk biologi. Penelitian ini dilaksanakan di hutan pegunungan Kamojang dan Laboratorium Sylvikultur dan rumah kaca Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, dan berlangsung dari bulan September 2005 - Maret 2006. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: akar dan tanah yang diambil dari kawasan hutan pegunungan daerah Kamojang Garut Jawa Barat, benih tanaman sorgum, bahan-bahan kimia (Alkohol 70%, HCI 2%, КОН 2,5%, Glokosa 60%, Larutan Trypan Blue dan Aquades). Sedangkan untuk alat-alat yang digunakan yaitu: mikroskop stereo, petridish, timbangan, gunting, pinset, cover slide, mesin dan tabung centifuge, saringan spora (saringan bertingkat tiga 250 m, 125 m, dàn 63 m). Jenis vegetasi yang dianalisis pada vegetasi di hutan pegunungan meliputi tumbuhan semai, pancang, tiang dan pohon. Analisis vegetasi yang dilakukan berupa data kerapatan (K), kerapatan relatif (KR), frekuensi (F), frekuensi relatif (FR), Dominansi (D), Dominansi Relatif (DR) dan indeks nilai penting (INP). Analisis infeksi CMA dilakukan pada contoh akar yang diambil dari -lapang dan diolah dengan menggunakan metode Phyllip dan Hayman (1970). Sedangkan untuk mengetahui keragaman spora, dilakukan pada contoh tanah yang diambil dari lapang dan diolah dengan metode Scenck dan Perez (1990). Pada tingkat semai terdapat dua jenis individu yang mendominasi kawasan hutan pegunungan Kamojang. Jenis tersebut ialah salam (Eugenia polyanthum) dan nangsi (Xanthopyllum lanceatum) dimana masing-masing memiliki nilai INP sebesar 52.22% dan 147.45 %. Pada tingkat pancang terdapat 5 jenis vegetasi yang didapat di kawasan tersebut. dengan jenis yang memiliki nilai INP tertinggi ialah pada jenis pulus dengan nilai 59.98% dan yang terendah terdapat pada puspa (Schima wallichi) dengan nilai 57.14 %.. Sedangkan pada tingkat tiang didapat 2 jenis individu vegetasi yang ditemukan yang dianggap mendominasi. Jenis tersebut ialah nangsi (Xanthopyllum lanceatum) dan cerem (Macropanas sp) dengan nilai INP pada nangsi sebesar 171.43% dan pada cerem (Macropanas sp) ..dstid
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcCendawanid
dc.subject.ddcMikoriza arbuskulaid
dc.subject.ddcJawa baratid
dc.titleKeanekaragaman cendawan mikoriza arbuskula di hutan pegunungan Kamojang Jawa Baratid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record