dc.description.abstract | Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya kekurang berhasilan dan gangguan reproduksi pada sapi perah di Kabupaten Bogor. Sapi yang digunakan sebagai bahan studi kasus ini adalah sapi perah impor dan lokal milik peternakan rakyat yang termasuk anggota Koperasi Unit Desa (KUD) di Kecamatan Cisarua, Semplak dan Beiji-Depok.
Peternakan sapi perah di Kabupaten Bogor mulai dikembangkan semenjak tahun 1979 melalui program bantuan sapi Panca Usaha Sapi Perah (PUSP) tahap I sebanyak 50 ekor, disusul program PUSP tahap II tahun 1983 sebanyak 150 ekor yang tersebar diseluruh kecamatan di Kabupaten Bogor. Selain dari program PUSP juga mendapat bantuan dari Bantuan Koperasi (Bankop), Bantuan Presiden (Banpres) dan Bank Umum Koperasi Indonesia (BUKOPIN). Dari data yang diperoleh menunjukan bahwa perkembangan sapi perah di Kabupaten Bogor secara umum mengalami penurunan sekitar 11,68 %. Dari hasil wawancara dengan 82 peternak responden, diperoleh gambaran bahwa cara pemeliharaan sapi perah masih sangat sederhana dan tradisional. Hal ini sangat erat hubungannya dengan taraf pendidikan peternak yang masih rendah dan belum merata.
Sumber pengetahuan informal ternak peternak didapat dari penyuluhan-penyuluhan, pengalaman dan masyarakat sekitar. Diperoleh informasi bahwa dapat dirasakan besarnya manfaat kursus peternakan yang diadakan oleh Dinas Peternakan Kabupaten Bogor.
Sapi-sapi yang menunjukan gejala berahi akan segera dilaporkan ke Inseminator (92,00 %), sedangkan Inseminator akan datang sekitar 0 67,55 %, 12 - 6 jam setelah pelaporan 31,07 %, 7 12 jam - 18 jam 1,29 % dan lebih 18 jam 0,9 %.
Dari hasil Pemeriksaan Kebuntingan (PKB) dapat diketahui nilai Service per Conception (S/C), nilai Conception Rate (CR) dan Calving Interval (CI) untuk daerah Kabupaten Tingkat II Bogor masih rendah dan dibawah standar yang baik. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pengelolaan (manajemen), lingkungan, iklim, hereditas dan lain-lain…dst | id |