Pembiakan Gordonia excelsa BI dengan menggunakan stek batang
View/ Open
Date
1990Author
Togatorop, Nelly
Harini M.
Djamhuri, Edje
Ontaryo, Yoyo
Metadata
Show full item recordAbstract
Ki Manjel (Gordonia excelsa Bl.) merupakan salah satu jenis pohon yang banyak digunakan untuk kayu bangu- nan dan kulitnya untuk menguatkan jala. Penyebaran pohon ini sangat jarang, sedangkan pengambilan pohon ini sangat banyak dilakukan tanpa penanaman kembali, sehingga pohon ini menjadi langka (Heyne, 1987).
Disamping penyebarannya yang sangat jarang, tumbuhan ini mempunyai biji yang keras dan kaku sehingga sulit untuk tumbuh secara cepat (Keng, 1984). Untuk mengatasi masalah ini, salah satu cara yang dapat dikembangkan adalah melalui pembiakan vegetatif, dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan stek batang.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kemung- kinan pembiakan Gordonia excelsa Bl. dengan menggunakan stek batang yang diberi perlakuan dengan hormon penumbuh IBA dan NAA serta kombinasinya dengan sistem tepung.
Dalam penelitian ini, metode pembiakan vegetatif yang digunakan adalah stek batang. Bahan stek yang digunakan adalah stek batang cabang ortotrop pohon Gordonia excelsa Bl. Stek ditanam di dalam kantong plastik dan ditempatkan di dalam sungkup plastik.
Percobaan merupakan percobaan faktorial, terdiri dari dua faktor yang disusun dalam rancangan acak lengkap. Faktor pertama berupa empat taraf konsentrasi NAA yaitu, O ppm, 500 ppm, 1000 ppm, dan 1500 ppm. Faktor ke-dua berupa empat taraf konsentrasi IBA yaitu, 1000 ppm, 1500 ppm. 0 ppm, 500 ppm, Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan dan setiap ulangan terdiri dari lima stek batang.
Nilai respon yang diamati adalah waktu mulai bertunas, persen stek bertunas, persen hidup stek, persen stek yang berakar, jumlah akar dan panjang akar lateral. Disamping itu dilakukan pengamatan keadaan suhu dan kelembaban udara di dalam sungkup.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa stek mulai bertu- nas pada hari ke-sebelas. Persen hidup stek sampai akhir penelitian hanya 2,1 persen dan stek yang berakar hanya 1,25 persen. Rendahnya persen stek hidup dan persen stek berakar ini disebabkan kematian stek-stek sebelum bertunas yang diakibatkan kekeringan karena suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah pada awal penelitian. Suhu pada awal penelitian mencapai 38°C dan kelembaban di bawah 90%. Padahal untuk pertumbuhan tunas diperlukan suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi..dst