| dc.description.abstract | Kejadian kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia telah menimbulkan dampak lingkungan yang luas hingga mengganggu lingkungan negara tetangga, dimana pada peristiwa kebakaran pada tahun 1997 dan 1998 kerusakan hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan mencapai luasan 10 juta ha. Peristiwa tersebut menimbulkan kabut asap yang menjadi isu internasional yang sangat serius.
Salah satu cara untuk mencegah meluasnya kebakaran hutan dan lahan melalui pendekatan teknis (engineering) adalah dengan pembuatan sekat bakar, yang berfungsi untuk membagi hamparan bahan bakar yang luas menjadi beberapa bagian atau fragmen, sehingga jika terjadi kebakaran api tidak melanda seluruh hamparan tanaman sebagai bahan bakar. Sekat bakar atau jalur yang memisahkan tanaman dengan sumber api merupakan faktor penting dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Sekat bakar tidak direncanakan untuk mengatasi api yang berasal dari api loncat (spot fire) dan tidak untuk kondisi angin yang bertiup kencang. Sekat bakar dimaksudkan untuk memperkecil atau memperlambat api yang menjalar di hamparan lahan agar mudah dipadamkan.
Salah satu jenis yang potensial untuk tanaman sekat bakar adalah jarak pagar (Jatropha curcas Linn), karena selain berfungsi sebagai sekat bakar, pohon jarak sendiri dapat memberi tambahan nilai ekonomis tinggi karena buahnya menghasilkan minyak yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil (bio-energy). Oleh sebab itu, pada saat ini tanaman jarak pagar banyak dibudidayakan oleh masyarakat dalam skala besar. Keterbatasan akan lahan dapat diatasi dengan menjadikan jarak pagar sebagai tanaman sekat bakar, yang selain berfungsi untuk mencegah penyebaran api juga memiliki nilai yang sangat ekonomis dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. | id |
