Show simple item record

dc.contributor.advisorSantosa, Yanto
dc.contributor.advisorKartono, Agus Priyono
dc.contributor.authorDelfiandi
dc.date.accessioned2024-02-05T00:42:16Z
dc.date.available2024-02-05T00:42:16Z
dc.date.issued2006
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/137423
dc.description.abstractBanteng merupakan satwaliar herbivora yang bersifat sebagai pemakan rumput (grazer) daripada sebagai pemakan semak (browzer) yang dinyatakan oleh IUCN (1972) telah terancam punah karena penurunan populasi. Penurunan populasi diakibatkan oleh perburuan liar, kerusakan habitat dan eksploitasi yang berlebihan. Penyebaran banteng hanya terbatas di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), Taman Nasional Alas Purwo (TNAP), Taman Nasional Baluran (TNB) dan Cagar Alam Leuweurig Sancang. Banteng merupakan icon di TNAP dan menjadi perioritas bagi pengelolaan satwaliar. Pola penggunaan ruang menggambarkan interaksi antara satwaliar dengan habitatnya dan proses optimalisasi penggunaan habitat untuk memenuhi kebutuhannya. Habitat banteng terdiri dari padang penggembalaan, hutan dataran rendah, hutan pantai dan hutan tanaman. Wilayah jelajah adalah wilayah yang dikunjungi oleh satwaliar secara. tetap karena menyediakan makanan, minum serta sebagai tempat berlindung, tidur dan tempat berkembangbiak yang dipengaruhi oleh sumber pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis aktivitas dan sebaran populasi banteng menurut tipe habitat, menganalisis hubungan antara jenis aktivitas banteng dengan karakteristik habitat dan menentukan luas wilajah jelajah. Penelitian ini dilaksanakan selama ± 2 bulan, yakni April-Mei 2006 dengan alat yang digunakan yaitu binokuler, kompas, GPS, kamera, pita ukur, tali rafia, tali tambang, pengukur waktu, peta kawasan dan tally sheet. Jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer yang terdiri dari karakteristik habitat, jenis aktivitas dan wilayah jelajah banteng, sedangkan data sekunder yang dikumpulkan adalah kondisi TNAP, keberadaan satwa pemangsa dan tekanan penduduk sekitar kawasan TNAP. Perilaku dikumpulkan dengan menggunakan metode vocal animal sampling, analisis vegetasi dengan menggunakan jalur berpetak, wilayah jelajah diukur dengan cara mengikuti banteng kemudian mengambil titik terluar dengan GPS kemudian diplotkan ke peta. Data sekunder dikumpulkan dengan studi literatur. Analisis perilaku dengan deskriptif dan ethogram, analisis vegetasi dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener untuk mengetahui Indek Nilai Penting (INP), luas wilayah jelajah dihitung dengan menggunakan Software Arc View 3.3. Pada tahun 1920, Pemerintah Belanda mendirikan monumen alam yang disebut Purwo atau Jati Ikan. Monumen alam tersebut meliputi seluruh Semenanjung Sembulungan dan sebagian lahan yang berbatasan dengan Teluk Pangpang (Jati Ikan). Luas kawasan mencapai 42.000 ha. Tahun 1939, luas kawasan ditambah seluas 20.000 ha. Berdasarkan SK No. 3154 (HS/66/68) luas kawasan Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan menjadi 62.000 ha. Tahun 1992 Suaka Margasatwa Banyuwangi Selatan berubah status menjadi taman nasional, dengan nama Taman Nasional Alas Purwo. Perubahan status ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 283/Kpts-11/1992, dengan luas kawasan 43.420 ha. ...id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcBantengid
dc.subject.ddcBos javanicus d'Altonid
dc.subject.ddcPola ruangid
dc.titleAnalisis pola penggunaan ruang dan wilayah jelajah Bos javanicus d'Alton, 1832 di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timurid
dc.typeUndergraduate Thesisid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record